Siapa yang tak kenal ibu?? ?Ibu adalah orang yang melahirkan kita, meski mungkin bagi sebagian orang ada juga yang mempunyai ibu asuh, ibu tiri, ibu angkat, dsb. Tapi kita semua pasti mempunyai ibu yang telah mengandung dan melahirkan kita. Mungkin ketika kita kecil, remaja dan dewasa, belum begitu mengerti jasa seorang ibu. Mungkin kita bisa menghargai dan menyayangi ibu kita, tapi kita akan lebih bisa mengerti, betapa besarnya pengorbanan dan kecintaan seorang ibu terhadap kita anak-anaknya.
Sekitar 7 bulan setelah menikah, saya merasakan mual dan pusing yang amat sangat. Badan saya terasa lemas. Sedikit saja beraktivitas, saya akan muntah berkepanjangan. Bau aroma kompor, sayapun muntah. Bau bumbu dapur, muntah Bau bakso, muntah. Bau keringat suami, muntah. Semua makanan, apa saja yang masuk pasti saya muntahkan. Akhirnya saya tahu, itulah ngidam. Saya menjadi mengerti, betapa beratnya beban yang harus ditanggung ibu saya ketika mengandung saya. Apalagi ibu mempunyai 5 orang anak. Woww...!!!
Ketika genap 9 bulan 15 hari, saya merasakan perut saya sakit luar biasa. Dan itu terjadi terus menerus. Grafiknya seperti parabola. Sakit..sakiittt sekali, berangsur-angsur reda. Tapi disusul keadaan sakit yang berulang lagi. Itulah kontraksi yang terjadi ketika seorang Ibu akan melahirkan. Rasa yang luar biasa itu mengingatkan saya pada ibu yang telah melahirkan saya. Begitulah rupanya kesakitan seorang ibu ketika akan melahirkan, dan itu terjadi pada ibu saya sebanyak 5 kali. Subhanallah!!!!!
Saat saya melahirkan itu, Ibu ada di samping saya bersama suami. Saya ingat, ketika anak pertama saya mau lahir, di rumah saya sedang mempersiapkan acara silaturahmi tempat bapak mengajar. Malam itu semua bergotong royong membuat jajanan, mempersiapkan masakan, menata tempat, begadang, dan tentu saja termasuk ibu saya yang paling repot. Tapi pukul setengah 2 malam itulah saya merasakan perut saya sakit luar biasa. Akhirnya saya dibawa ke Rumah sakit bersalin, dan Ibu yang sama sekali belum tidur menemani saya, dan membantu mengurangi beban mental dan fisik saya. Sampai menjelang subuh, barulah anak saya lahir. Subhanallah..., rasa sakit dan penderitaan saya sebelumnya hilang musnah tak berbekas, berganti dengan rasa takjub dan bahagia luar bioasa menyaksikan anak saya yang lahir dengan lancar, sehat wal’afiat. Ah...ternyata beginilah rasanya menjadi seorang ibu..:))))
Itu baru jasa seorang ibu ketika mengandung dan melahirkan. Belum lagi ketika Ibu mengasuh dan membesarkan kita. Panik ketika anak sakit, terbangun dalam rasa lelah yang luar biasa untuk menyusui kita, tergopoh-gopoh ketika kita menangis. Merasakan kebandelan kita ketika tumbuh besar, pemberontakan dan kebandelan kita ketika menginjak remaja, berselisih paham ketika kita tumbuh dewasa. Kadang kita lupa, betapa besarnya jasa ibu terhadap kita karena Ibu tak pernah mengeluh, tak pernah menuntut, tak pernah meminta balasan atas semua itu. Semoga kita belum terlambat untuk menyayangi dan membahagiakan Ibu-ibu kita. ! I luv U, Mom....! I can’t count what you have been done for me, Mom. It’s so abundant…like The sun shines to the world…….
“Hati-hati lho,Pak!” Jaman sekarang semua serba mungkin. Siapa tahu omongan tetangga itu benar, kalau setiap hariistri Panjenengan, janjian sama seseorang. Semula mungkin jenuh karena di rumah sendirian, tapi siapa tahu ketemu sama seseorang yang cocok sama istri panjenengan, jadi berlanjut, terus panjenengan pasti tahu to kelanjutannya kalau dua orang berlainan jenis saling tertarik?” Celoteh temanku itu cukup membuat aku bingung, sedikit menggoyahkan kepercayaanku pada istriku, yang kukenal sangat sederhana dan tak pernah neko-neko. Iya,..tapi siapa tahu, jaman sekarang kan semua serba mungkin. Istriku itu memang agak sedikit terlalu ramah pada orang, sering waktu kubonceng di sepeda motor, dia tersenyum pada seorang lelaki, katanya tukang bakso yang sering lewat depan rumah, lain waktu menyapa lagi orang lain, katanya bakul ayam, tukang sayur, bakul buah, dokter puskesmas, perangkat desa, semua orang disapa, membuat aku keqi berat. Aku tidak boleh terlalu memberi kebebasan padanya, di sini, aku dan istriku sama-sama jauh dari kampong halaman,jadi agak aneh kalau istriku kenal dengan banyak orang. Dia terlalu lugu untuk mengenal lingkungan yang penuh dengan kepalsuan. Sering dia pulang belanja marah-marah, beli daging, setelah bungkusnya dibuka di rumah, isinya koyor semua, daging alot. Beli buah dikasih busuk, beli sayur, banyak ulatnya. Dia benar-benar terlalu percaya pada orang, dan itu tidak boleh dibiarkan.
“Dik,….!” Kupanggil istriku dengan setengah ragu. Ehmmm…!” istriku hanya menjawab panggilanku dengan gumaman yang tak jelas dan acuh tak acuh. “Kok Cuma ehmmm..! Aku memprotes jawaban istriku dengan sedikit melotot.
“Dalem Kangmas…!” Istriku malah cengengesan sambil mengedipkan matanyatanpa menghiraukan mataku yang terbelalak. Dia memang begitu, kalau aku marah, malah pura-pura tak paham kalau aku marah, seolah-olah sedang bercanda. Tapi kalau aku salah ngomong, dia pasti ngamuk dan bisa berhari-hari mendiamkanku. Dan itu jelas siksaan berat bagiku, sebab istriku adalah satu-satunyatempatkumencurahkan isi hati, dari kejengkelanku pada teman sekantor, tentang murid-muridku yang kadang kurang ajar, tentang politik, agama, social, pusingnya mendidik anak, dan segalanya, bahkan kami kadang-kadang bisa berdebat sengit sampai seperti orang adu mulut kalau sudah berbeda pendapat tentang kebenaran suatu ilmu. Tapi khusus untuk perdebatan ini kami tak pernah sampai saling mendiamkan.
‘Dik, kata orang-orang…! Waduh..gosip kok didengar, itu kan ghibah,Mas! Bs jd mqlah fitnah. Belum selesai ngomong istriku sudah menjawab omonganku, membuat aku sedikit naik pitam. “Dengar dulu, itu akibatnya kalau kamu sering keluar, pergi gak tentu tujuan, jadi omongan tetangga. Aku kan sudah bilang, urus saja rumah dan anak-anak kita, untuk apa sih kamu setiap hari keluar, wanita itu tempatnya di rumah, di samping suami dan anak-anaknya,…”Aku tersadar dari amarahku, istriku terlihat pias, diam mematung, dan dia menatapku dengan pandangan terluka. Hanya itu, dan yang kutakutkan terjadi, dia mulai membisu, dan kalau kucoba untuk bicara, jawabannya hanya sepotong-sepotong, itu artinya istriku sedang merasa tidak nyaman, sebab dia pernah bercerita kepadaku, dia akan menjadi sangat pendiam di tengah orang-orang yang tidak disukainya, tapi akan berubah sangat cerewet dan tak terbendung kalau dia berada di tengah orang-orang yang dianggapnya menyenangkan. Jadi mudah saja aku tahu intensitas kedekatan istriku dengan teman-temannya, kalau mereka bilang istriku adalah orang yang pendiam, pastilah istriku kurang suka dengan orang itu, tetapi kalau ada yang bilang istriku cerewet, bisa dipastikan istriku merasa nyaman berteman dengan orang itu. Dan sekarang istriku tidak hanya pendiam, tapi membisu, itu artinya dia sedang merasa sangat tidak nyaman. Aku benar-benar bingung menghadapinya.
Sebenarnya istriku adalah orang yang penurut dan tidak pernah menuntut macam-macam. Sejak pertama kali menikah, dia langsung ikut saja ke mana aku pergi. Kuajak mengontrak rumah yang super sederhana di desa yang sepi, dengan kamar mandi di luar rumah, tanpa atap, diapun tak mengeluh, meski aku tahu pasti, dia sangat tersiksa, sehingga selalu mandi pada malam hari, malu kalau kelihatan, siapa tahu ada orang memanjat pohon kan bisa kelihatan tuh. Diapun tak pernah komplain meski sering kutinggal berhari-hari membimbing murid-muridku pecinta alam berlatih mendaki gunung, dari gunung Lawu , Gunung Gede, Pangrango, bahkan sampai Gunung Rinjani. Dia tak pernah takut kutinggal sendiri waktu dulu kami belum punya anak, sampai-sampai tetanggaku yang masih percaya pada mistik, jin, demit dan gendruwo sampai heran, kok istriku berani sendirian tinggal di rumah, padahal dia kan orang jauh, dikiranya istriku orang kota seperti aku, padahal dia kan aslinya tinggal di desa juga, jadi tak asing dengan lingkungan desa yang sepi dan sunyi.
Lain daripada itu, istriku juga tidak seperti wanita pada umumnya, dia tak suka memakai perhiasan, ribet katanya. Perhiasan yang kubelikan hanya disimpannya, bahkan ada yang dijual ketika kami butuh dana, dan dia juga tak menyesal,. Kalau ingin kubelikan baju, dan harganya mahal, diapasti menggeleng kuat-kuat, dia tak suka barang mahal,”Membuat kita merasa sayang, takut rusak, takut hilang, dan itu sangat menimbulkan rasa tidak nyaman bagiku, selalu begitu katanya. Sepeda motorpun begitu, dia lebih suka memakai superkap tahun 80-an milikku yang spionnya tinggal satu, lampu ritingnya sudah pecah, tebengnya sudah bulukan. Enak…nyaman, enggak ada maling yang mengincar sepeda motorku, biarpun kutinggal belanja berjam-jam, begitu katanya. Dia sangat sebal kalau terpaksa memakai sepeda motorku yang masih gres aku selalu mewanti-wanti, hati-hati, kalau ditinggal dikunci stang, titipkan ke penitipan, dsb, pasti buru-buru dikembalikannya sepeda motorku, dan dia segera mengeluarkan motor butut kesayangannya. Sambil cengengesan distarternya sepeda motor dengan suara nya yang masih halus dan wesss..dia meluncur dengan santainya tanpa menghiraukan tatapan melecehkan, dan kritikan orang yang menyuruh beli yang barulah, ganti yang lebih bagus, tukar tambah, atau kreditlah. dia hanya tersenyum acuh…Mana ada urus ,..katanya cuek.
Sebenarnya istriku cukup terpelajar, dia seorang sarjana pertanian, dengan IP diatas 3,5 lulusan sebuah perguruan tinggi negeri di kota Solo. Tapi entah mungkin belum rejekinya, dia tak pernah lolos ikut ujian saringan PNS, sedang untuk bekerja di swasta,sangat sulit mencari pekerjaan untuk kota sekecil Madiun.Bahkan dia juga mengambil akta mengajar karena ingin menjadi guru, tapi lagi-lagi Dia tidak diterima menjadi guru di SMA swasta sekalipun. Dia malah bosen sendiri, meskipun sebenarnya dia sangat suka menjadi guru.Dia marah-marah, karena menurutnya penguji sebuah SMA swasta yang baru berdiri sangat tidak bonafit, meskipun kupikir, mungkin istriku yang memang kurang menguasai materi, tapi dia bersikeras membela dirinya.
“ Masa’ Aku ditanya apa arti pembelajaran kontekstual, lha Aku lupa! Pernah baca, tapi aku memang tidak tahu. Meski Aku mencoba menjawab, pembelajaran yang interaktif…! Eh..pengujinya malah tertawa menyebalkan. Menurutnya pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai bahan pembelajaran. Padahal setelah bukunya kubaca, pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang tidak sekedar mementingkan “konten” atau materi pembelajaran, tetapi lebih ditekankan pada konteks, atau penyampaian pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Harusnyakalau kujawab pembelajaran yang interaktif kan betul..!
” Lha yang mau melamar kerja kan kamu, ya harusnya kamu patuh pada apa yang diinginkan penguji, Dik! Kalau kamu keras kepala seperti itu ya tidak ada sekolah yang mau menerima kamu. Makanya jangan suka membantah kalau dikasih tahu suami, nantikalau kamu terbiasa patuh pada aturan, suatu saat pasti ada yang menerimamu bekerja,” Aku mencoba menasehatinya.
Huh…sudah males. Yang menguji saja enggak mudheng, sekolah gak bonafid. Gak lagi-lagi deh. Enakan juga mengarang cerpen…!” Istriku manyun sambil membereskan meja makan. Memang cerpennya ada beberapa yang berhasil dimuat. Tapi karena dia masih penasaran ingin bekerja, jadinya dia meninggalkan hobinya itu. Alhamdulillah sekarang dia sudah sadar, bahwa menulis cerpen lebih cocok baginya.
Beberapa hari terakhir ini diasedang bersemangat belajar web. Katanya ingin menawarkan sesuatu lewat internet. Marketing on line, Mas..! Katanya sok yakin. Aku sering kesal dibuatnya, Tanya ini itu yang sebenarnya aku sendiri tak paham, akhirnya kubelikan saja buku-buku tentang web. Kemarin dia merengek-rengek minta di scankanfoto-fotonya. Dia gembira, tapi besoknya marah-marah, katanya enggak bisa upload, dan minta dibelikan buku tentang photoshop. Sengaja kusetting foto-foto itu dalam format word, jadi tidak bisa diupload, harusnya kan JPEG , JPG dan lain-lain semacamnya. Biar saja dia bingung dan putus asa, tetapi ternyata tidak, dia malah semakin penasaran. Akhir-akhir ini dia sudah terlihat ceria lagi, tapi bersamaan dengan itu, berhembus kabar kurang sedap, kata tetangga, istriku setiap hari pergi meninggalkan rumah, bukan saat-saat anak pulang sekolah , seperti biasanya, tapi sekitar satu atau dua jam lebih awal. Sebenarnya istriku selalu berpamitan padaku, kalau sebenarnya dia ke warnet, untuk belajar web, sebab kalau belajar internet di rumah sering trouble, dan tarifnya juga lebih mahal. Tapi tak urung omongan tetangga membuat telingaku risih juga, maklum di desa, jarum jatuhpun terdengar.
Sengaja aku pulang lebih awal, kebetulan aku kosong dua jam, tapi dua jam terakhir aku harus balik lagi karena masih mempunyai jam mengajar. Rumah terlihat sepi, semua jendela dan pintu tertutup, mengindikasikan kalau rumahku kosong. Kulihat halaman sudah bersih, terlihat lantai teras masih agak basah karena baru dipel. Kubuka pintu utama dengan kunci serep yang kubawa. Di dalampun semua terlihat bersih dan rapi, bahkan di meja makan sudah tersedia menu hari ini, sayur asem, dadar jagung, dan bandeng bumbu Bali, Majic jar juga menyala, menandakan ada isinya. Kamarmandi juga bersih dan harum. Aku agak lega, berarti istriku tidak pergi tergesa-gesa. Kucoba telepon istriku, ternyata benar, dia ada di warnet. Sebenarnya tidak ada yang salah, tapi siapa tahu, dia mengaku ke warnet, tapi ada di tempat lain.
Sepeda motor istriku terparkir di depan warnet. Aku tahu pasti itu, karena sangat mudah menemukan sepeda motor milik istriku, di sini rata-rata semua sepeda motor baru, dan sepeda motor istriku terlihat sangat nyleneh , tak heran kalau sering menjadi ejekan orang. Kuparkir sepeda motorku di halaman warnet, kuintip satu persatu bilik-bilik kecil tempat para netter asyik bercengkerama dengan internet. Dan…Masya Allah..istriku berdua dengan seorang lelaki di bilik sesempit itu…?Darahku mendadak naik ke kepala, dengan kasar kucengkeram tangan istriku yang terlonjak kaget, Pulang…! Kataku lantang…kuseret dia pulang, tapi dia meronta-ronta, semakin membuat aku memperkuat cengkeramanku. “Bayar dulu…bisiknya pelan,”. Dengan setengah hati kubiarkan dia ke kasir, dan ternyata kasir itu adalah laki-laki yang tadi bersama istriku di bilik internet. Tanpa berkata istriku menstarter motornya, aku mengikutinya dari belakang.
“Aku tadi lagi latihan upload foto, makanya aku minta diajari sama Mas-e yang jaga warnet. Jangan berpikir yang bukan-bukan to, Mas. Untung tadi aku bisa menjaga emosi, kalau enggak kan kita jadi tontonan orang,” Sesampai di rumah istriku langsung menjelaskan duduk perkaranya. Sebenarnya aku agak malu, tapi untuk menjaga gengsi dan wibawaku, Aku berkata,” Kamu apa-apaan, berdua dengan orang yang bukan mukhrim, hanya membawa malapetaka saja. Sekarang latihan Internet di rumah saja,” Aku memerintah dengan suara yang kubuat sewibawa mungkin, Istriku patuh tanpa protes.Kuajari juga dia mengupload foto, dan mengubah format word menjadi JPEG, dia tersenyum-senyum, seperti anak-anak yang baru saja dibelikan mainan baru., sudah lupa pada apa yang baru saja kulakukan padanya.
Ah istriku, kadang dia memang masih seperti anak-anak, maklum jarak usia kami yang sepuluh tahun membuat kami menjadi pasangan yang berbeda dekade.
“Aduh......bener-bener sebal sebul sebel deh sama Mas Yok, suamiku tersayang..ups…gak ding! Suamiku yang nyebelin seantero jagad. Bener deh…coba bayangin..Dimasakin tongkol goreng, bilangnya,” Ah..tongkol goreng, aku gak selera, harusnya kamu tahu kan Dik, Aku sukanya tongkol balado…!” Sabar..sabar…kuhitung sampai 10, jangan sakit hati, jangan jengkel…Alhamdulillah berhasil! “ Ya sudah deh, Mas. Nanti kubuat balado, kan tinggal membuat sambalnya, enteng…! Tapi nanti sore,ya…!” Kujawab dengan tersenyum setulus mungkin. Padahal anak-anakku seneng juga lho sama tongkol goreng, tapi mereka diam saja ketikatahu tongkolnya mau kupermak jadi tongkol balado. Bener-bener nice sons.
Tapi apalagi yang dikatakan ketika sang tongkol sudah kusulap menjadi tongkol balado yang menggugah selera? “Aduhhh tongkolnya enggak kamu kasih jeruk nipis ya,Dik? Kok baunya amis banget, besok lagi enggak usah beli ikan lautaja, bau amisnya bikin aku mau muntah…! SSrrrr…darahku dah naik sampai kepala, tapi masih kucoba berhitung sampai sepuluh, masih jengkel, .....kupejamkan mata dan kutarik napas dalam-dalam…” Baiklah suamiku sayang,….besok beliin gurame aja, ya…nanti aku tinggal masak…!” Kujawab dengan nada sedatar mungkin, meski sambil geregetan. Suamiku tak merespon, tapi herannya, dia nambah lagi nasinya,..???? Bikin aku bingung aja.
Malam hari sehabis Isya’anakku asyik mengerjakan PR, kutanya enggak ada kesulitan. KuhidupkanTV, Mas Yok asyik mengetikdengan laptopnya. Tahu aku menghidupkan TV, melongokkan kepalanya ke ruang TV. “ Anak-anaknya mengerjakan PR, Bundanya malah liat TV, gak ada manfaatnya, mudharat aja yang dicari…!” Baca-baca Al Qur’an kek, atau apa..!” Huhh…aku betul-betul bete. Padahal dari Maghrib sampai Isya’ tadi kan aku sudah tadarus.Kumatikan TV dengan sedikit kasar, terus masuk kamar, tidur….
Pagi ini kembali kesabaranku diuji. Bukan oleh anak-anakku yang dengan manisnya mengambil baju seragam di lokernya masing-masing dengan tertib, semua beres dan rapi, tapi justru oleh ayahnya, alias Mas Yok suamiku. “Dik,..kamu ini bagaimana sih? Baju batikku kok belum diseterika? Sapu tangan juga belum dicuci semua, bla..bla…omelannya masih panjang seperti kereta puluhan gerbong di waktu lebaran. Padahal hari ini hari rabu, dan batik seragam itu kan dipakai setiap hari Sabtu, pasti nih Si Mas cuma cari-cari masalah deh.Tapi biarlah aku mengalah. Pagi-pagi enggak baik bertengkar. Sambil menahan jengkel kuambil seterika, dan mulai kuseterika baju batik suamiku tersayang, ups…bukan, suamiku yang nyebelin seantero jagad…! Tapi apa yang dilakukan ‘beliau’? Bukannya menghargai apa yang kulakukan, malah sambil tergesa-gesa berkata” Sudah Dik, enggak usah repot-repot,…aku pakai yang seragam pemda saja!” Air mataku hampir tumpah karena sebel..! (Bilang kek dari tadi…). Disodorkan tangannya, kucium setengah hati. “Dah Dik, Aku berangkat!Assalamu’alaikum..! “ …Kum salam..!” Anak-anakku berbaris manis mengikuti ayahnya sambil mencium tanganku satu persatu. Ah..untunglah aku masih mempunyai anak-anak yang manis.
Suami dan anak-anakku sudah berangkat.Jadwalku selanjutnya, membereskan meja makan bekas sarapan, cuci piring, merapikan tempat tidur, menyapu lantai, halaman depan, halaman belakang, cuci baju…….tiba-tiba aku merasa tugasku terlalu banyak dan menumpuk. Ah…santai sebentar ah… Kuhidupkan TVmau liat berita, tapi terlambat, acaranya malah infotainment, isinya gossip melulu, perceraian selebritis, selebriti ngantukpun jadi berita. …huh,..membuat aku semakin bete, mana sebelku sama suamiku belum hilang, malah tiba-tiba muncul kembali. Kejengkelanku bertambah melihat piring-piring kotor…lantai kotor, dapur belepotan minyak, kompor ketumpahan sayur…GGhhrrr…..rasanya aku pengin meledak. Pengin berteriak keras-keras, khawatir mengganggu tetangga dan disangka gila, padahal aku harus mengeluarkan uneg-unegku. Mau curhat sama tetangga, bisa-bisa jadi infotainment gossip, Aha….aku ingat diaryku. Sahabat sejatiku. Denganantusias kuambil pena dan kutulis, “ Suamiku nyebelin, Mas Yok bikin bete, ini salah itu salah, rewel..(lagu ‘kaleee…), Enak bener jadi suami, sukanya marah-marah, memerintah, pengin enak sendiri, egois,….bla..bla….sekarang gentian aku yangmerdeka buat mengeluarkan ganjalan di hatiku,….Masya Alloh…ternyata aku lebih parah, 7 halaman diaryku penuh kalimat protes untuk Mas Yok, semua kritik, dan kejelekan suamiku. Ternyata aku lebih bawel,tidak cuma seperti barisan gerbong kereta, tapi tulisanku sudah sambung menyambung menjadi satu, dari sabang sampai merauke…..
Lain hari,diaryku pindah tempat. Gawat….Mas Yok pasti telah membacanya. Bener juga, di salah satu halaman diaryku, ada selembar kertas putih, dengan tulisan “Untuk istriku tersayang,…Cuma itu…tidak ada yang lain, kecuali setitik tinta tepat di tengah-tengah kertas. Aha…jangan-jangan nih suamiku gantian melontarkan kritik ke aku, tapi biar enggak keliatan, mau main detektif-detektifan. Pasti ditulis dengan tinta air jeruk, terus kalau pengin tulisannya kelihatan, harus dipanaskan atau diseterika. He..he…taktik kuno. Kupanaskan seterika, dan kugosok kertas milik Mas Yok, tapi…kok tetap saja seperti itu? Wah…salah deh dugaanku. Oooo mungkin Mas Yok memang belum selesai menulisnya, tetapi karena aku keburu masuk, buru-buru nih kertas ditaruh dan dimasukkan ke diaryku. Oke,..biar deh kusimpan kembali diaryku di tempatnya.
Keesokan harinya,…Nah..bener kan…ada tambahan tulisan…tapi kok cuma”film”, itu saja…? Apa aku harus mengingat ingat film yang pernah kami tonton? Tentang pertengkaran suami istri? Kayaknya enggak ada deh film kaya’gitu. Aku enggak suka, apalagi Mas Yok. Kalau ada film seperti itu, pasti deh langsung ganti channel. Ah..aku masih bingung, ..
Sudah dua hari ini Mas Yok tidak pernah rewel lagi, apapun yang kumasak pasti dilahapnya, bahkan kemarin sehabis subuh membantu aku mencuci piring. He..he…insyaf juga suamiku tersayang. Bahkan ketika aku lupa menyeterika baju koko seragamnya untuk bayan malam jumat, dia juga enggak marah, tetapi memakai baju lain. Ah..aku jadi enggak enak sendiri, kalau suamiku jadi pendiam kayak gitu. Aku juga masih penasaran dengan kertas kosong kemarin.. Diam-diam kubuka lagi diaryku. Aha…ada tambahan tulisan. “kungfu”. Aku masih bingung, sambil berfikir, kubaca lagi diaryku, dan Astaghfirulloh…semua isinya mengecam suamiku. Yah..namanya juga orang lagi emosi…! Ya Alloh Ya Rabbi….aku ingat sekarang!Dalam sebuah film kungfu, seorang master memperlihatkan selembar kertas putih dengan setitik tinta di atasnya kepada calon muridnya. “Apa ini?” Calon murid menjawab,” noda hitam di atas kertas guru,” Sang guru berkata. Belajarlah dulu dari kehidupan, baru aku akan mengangkatmu menjadi murid. Ketika calon murid kembali datang,Sang guru kembali memperlihatkan kertas itu dan bertanya “Apa ini?” Calon murid menjawab,”Setitik tinta di atas kertas,Guru!” Sang guru kembali berkata, “Belajarlah dari kehidupan, baru aku akan mengangkatmu menjadi murid.” Begitulah selalu terjadi berulang-ulang. Akhirnya sekian lama calon murid menjadi orang yang bijak, dan dia datang lagi. Ketika sang guru memperlihatkan kertas itu lagi sang murid menjawab. “Kertas putih,Guru! “ Sudah, itu saja? Sang Guru meneruskan pertanyaannya.
Calon murid menjawab. Iya, Guru. Selembar kertas putih, ada setitik noda di
atasnya, tapi itu tidak seberapa dibandingkan luasnya kertas putih yang masih
bersih!” Sang Guru tersenyum, “Baiklah, Kamu boleh menjadi muridku!
”Yess!! Aku memekik girang menemukan jawaban teka-teki di balik kertasyang diberikan Mas Yok untukku.
Tapi..aku juga sangat malu, sebab, tujuhbelas tahun lamanya aku menikah dengan
Mas Yok, begitu banyak kebaikannya, tapi mengapa dalam diaryku yang tujuh
halaman ini hanya tertulis kejelekan nya saJa?
Ah…aku menjadi sangat malu, bukankah selama ini suamiku sangat baik, setia, bertanggung jawab, …Ah..mengapa hanya melihat setitik tinta itu, padahal kertas putih yang bersih itu seribu kali lebih luas…Aku menangis karena malu, betapa tidak bersyukurnya Aku……
Di dekat diaryku, ada setumpuk buku, Tiga seri Agatha Christie, , Edensor, buku-buku bacaan…..(Maaf, Dik..beberapa hari ini aku agak stress mengejar deadline untuk menyelesaikan membuat soal-soal midterm, soal bimbingan olympiade sains, soal-soal latihan Unas, memberi les, mengajar 24 jam untuk memenuhi syarat sertifikasi, …Alhamdulillah semua sudah kelar, Nih..honornnya buat mbeliin kamu buku….!)Ya Alloh,ternyata suamiku seorang pekerja keras, dan begitu baik, sementara aku yang hanya mengerjakan pekerjaan rumah yang bisa kukerjakan dengan santai malah mengeluh.Aku semakin malu…Maafkan Aku, Mas…!Terima kasih semuanya…!
Akhir-akhir ini reputasi guru sedang diuji. Banyak media tak kurang kurangnya memberitakan dosa-dosa para guru. Sebaiknya para guru berintrospeksi. Bahkan tak hanya guru, tapi semua orang, kita semua. Hakim, polisi, dokter, politisi, semuanya harus berinstropeksi.
Bahkan terkadang, masyarakat menjadi lupa, kejahatan itu sebagai atribut manusia sebagai guru atau guru sebagai individu menjadi rancu. Guru yang berbuat mesum dengan muridnya, guru yang melakukan pelecehan seksual, guru yang menganiaya muridnya, guru yang terlibat perjudian, guru yang menipu, atau masalah pelanggaran kode etik dan profesionalisme guru. Semua tumpah ruah menjadi satu, seperti eforia menjatuhkan martabat guru. Yang masih hangat kasus guru yang membuat soal ujian bermuatan pornografi, sangat kita sayangkan. Meski dari sisi kemanusiaan, kita mungkin bisa sedikit bijak menyikapi, ketika sang guru beralasan tergesa- gesa membuat soal, sedang waktunya mepet, sementara dia kelelahan karena baru saja punya gawe, sehingga asal comot artikel. Tapi masyarakat tak mau tahu, bahkan ada yang meminta sang guru dihukum seberat-beratnya. Sayapun otomatis geram dan mencerca sang guru ketika membaca berita itu, tapi setelah kita pikir, bagaimanapun sibuk dan capeknya sang guru tetap berusaha untuk membuat soal, tetap berusaha profesional dan bertanggung jawab, tidakkah kita menghargai hal itu? Meski pun tentu saja hal seperti itu tidak boleh terulang.
Kasus lain yang baru saya dengar dan lihat di televisi , tentang guru yang diadukan murid-muridnya karena memangkas rapi rambut murid-muridnya yang terlambat. Kepolisian tidak memproses karena tidak cukup bukti adanya penganiyaan seperti yang dilaporkan murid-muridnya. Ketika diminta visum, para murid beralasan tidak punya biaya (???). Belum puas kasusnya ditolak, para murid ramai-ramai mendatangi LBH untuk mengadukan kasusnya. Mungkinkah pendidikan humanisme seperti ini? Semua orang mempunyai hak untuk merasa tidak senang, mengadukan kasus, melaporkan orang lain, tapi tidakkah kita berpikir, ketika hak kita terganggu, kita juga tidak mengganggu hak orang lain? Arogansi muridkah merasa berhak untuk memenjarakan guru? Karena merasa belum pernah diperingatkan, sakit hati dihukum seperti itu. Tapi kalau dibalik, apakah guru juga pernah diperingatkan tentang hukuman yang dilakukannya? Kenapa langsung dilaporkan pada polisi hanya karena memangkas rambut menjadi pendek melanggar hak murid untuk gondrong?? Padahal berapa tahun atau berpuluh-puluh tahun, pernahkah murid sekedar berterima kasih karena telah diajar oleh guru???Kekerasan dalam pendidikan memang dilarang, tapi apakah murid atau orang tua murid juga pernah berpikir bila guru juga mengalami kekerasan psikis dengan kebandelan dan kekurang ajaran siswa, maupun arogansi orang tua murid?? Tidakkah para murid dan orang tua murid berterima kasih dengan pengabdian guru yang begitu lama, seberapa besar kesalahan guru dibandingkan jasanya pada para murid dan guru???Semoga kita semua menyadari hal itu. Saya bersyukur berada di posisi murid, wali murid sekaligus guru. Saya pernah mengajar, suami saya guru, Bapak saya guru, Ibu saya guru, saudara saya ada yang menjadi guru, tapi saya juga pernah menjadi murid, dan sedang menjadi wali murid atas anak-anak saya. Mungkin itu membuat saya bisa berada dalam posisi yang berseberangan dan bersikap bijak. Selamat para Guru, terima kasih atas jasa dan pengorbananmu. Selamat Hari Guru..!!!!
Rabu, 14 Oktober 2009
ISTRI YANG SOLEHAH
Diriwayatkan dari Anas Bin Malik ra. dari Rasulullah SAW, bersabda:
"Ketika seorang wanita telah menunaikan shalat lima waktunya, berpuasa di bulannya, memelihara kemaluannya, dan taat kepada suaminya, hendaknya dia memasuki surga dari pintu manapun yang dia kehendaki.(Terjemahan Tanbiihul Ghafilin)
Jadikan rumah tangga seperti soto. Justru karena ada asam, manis, pedas, gurih, segar, menjadi lezat rasanya
Sahabat saya memesan artikel tentang wanita yang solehah. Rupanya dia sedang bingung mencari criteria yang tepat untuk wanita yang ingin dinikahinya. Maklumlah, sekarang banyak sekali wanita dengan sifatnya masing-masing. Sebab di era keterbukaan (Atau serba buka-bukaan?)sekarang ini, di mana wanita sudah diberi kesempatan untuk bebas menentukan keinginan dan jalan hidupnya, melahirkan tipe wanita yang beragam. Tidak lagi bertindak menurut kelaziman, tapi bertindak sesuai keinginan. Sangat menyenangkan (sebab saya juga wanita). Tapi mungkin yang diinginkannya adalah wanita yang memegang teguh kaidah agama. Kriteria wanita solehah tak berubah, tapi mungkin dalam realisasinya, terjadi keadaan yang beragam. Seorang wanita solehah hendaknya juga mendapatkan suami yang soleh sehingga akan terjadi keseimbangan. Dan harus kita ketahui bersama, bahwa di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna, jadi kalau kita menginginkan seorang wanita dengan kesempurnaan kriteria dalam Islam seperti : Mulia nasabnya, cantik parasnya, berlimpah hartanya, dan bagus akidahnya, mungkin akan sangat sulit ditemukan. Karena itu, bila tidak ada keempatnya secara sempurna, sebagai laki-laki yang soleh, hendaknya memilih wanita yang bagus akidahnya. Meskipun ada yang terbalik, karena berpikir setelah menikah akan bisa mengubah akhlak istrinya, maka justru memilih yang cantik parasnya, mulia nasabnya, atau berlimpah hartanya. Mungkin hal seperti ini bisa berakhir dengan kebaikan, tapi banyak juga yang akhirnya justru diakhiri dengan perceraian karena sang istri merasa tertekan dan tidak suka dengan ketaatan suaminya yang terasa berat. Akhirnya berontak dan justru bertindak lebih bebas dan sesuka hati dengan alasan apa yang saya lakukan adalah tanggung jawab saya dengan Allah. Nah..Lo!
Intinya, untuk membangun sebuah keluarga yang utama, sebenarnya adalah i’tikad baik dari kedua belah pihak untuk membangun keluarga yang harmonis.Berusaha maksimal untuk menjadi tim yang solid dalam membangun keluarga. Saling mengerti, saling memahami, dan saling medukung dalam suka maupun duka. Tidak hanya membayangkan yang indah-indah, tetapi siap menghadapi kesulitan dalam berumah tangga. Atau sebaliknya, selalu susah tanpa pernah merasakan saat-saat indah. Keduanya pasti akan menghampiri kehidupan berumah tangga. Terkadang suka cita, bahagia, gembira , lain kali menghadapi kesulitan entah masalah ekonomi, perbedaan prinsip, perbedaan kebiasaan, keinginan, dll. Tidak setiap kali berbeda paham, langsung minta cerai ( selebriti kalee..!!). Mungkin bagi saya, saat-saat awal pernikahan yang biasa dianggap sebagai bulan madu justru merupakan masa-masa rawan, sebab saat itulah terjadi gesekan dan perbedaan . Dari sebelum menikah yang sok jaim,menyembunyikan banyak keburukan, kalau mau bertemu dandan dulu, kalau bertengkar mengalah dan pulang ke rumah masing-masing, membersihkan rumah hanya kalau mau di-apeli, privacy masih terjaga, sampai akhirnya pagi siang sore malam bertemu, dari jeleknya waktu tidur, kumalnya saat belum mandi, sampai mungkin kebiasaan yang jorok, harus berbagi menyusun anggaran, setiap waktu harus bersih-bersih rumah, perbedaan selera, perbedaan kebiasaan, mau tak mau harus dijalani. Duh...berat banget. Tapi kalau kita menyadari bersama akan keadaan dan tanggung jawab itu, Insya Allah semuanya akan berjalan dengan baik, sehingga semakin lama kita berumah tangga, justru akan semakin kita rasakan kenikmatannya, bukan sebaliknya.
Kembali kepada wanita solehah, mungkin saya perlu menuliskannya di sini (Saya ambil dari 40 tanggung jawab istri terhadap suami.Drs M. Thalib. Penerbit Irsyad Baitus Salam. Bandung. Dan untuk suami, saya mohon seharusnya juga membaca 40 tanggung jawab suami terhadap istri, supaya seimbang. Silakan dibaca sendiri, bisa meminjam kepada saya....:))))
MEMESONA DAN MENAWARKAN KENYAMANAN DALAM KETERBATASAN.
Jatimalang adalah nama sebuah Desa di bagian selatan Kabupaten Purworejo. Di desa ini terdapat Pantai yang dinamai sesuai dengan nama desa, yaitu Jatimalang. Kalau dari Purworejo, arahnya ke barat dari Pendowo. Kira-kira hanya butuh waktu sekitar 45 menit untuk mencapainya. Sebenarnya saya pernah berwisata ke Pantai ini sekitar 30 tahun yang lalu, tapi saat itu saya tidak tahu, kalau pantai yang saya kunjungi adalah Pantai jatimalang, maklumlah, sepertinya Jatimalang kurang beken jika dibandingkan Parang Tritis, ParangKusumo, Glagah, Congot atau Ketawang . Pantai-pantai yang terletak di Yogya dan purworejo. Padahal Seperti halnya Pantai Selatan yang mempunyai ombak besar, Jatimalang adalah Pantai yang menarik.
Sayang(Atau beruntung??) Saat itu Kami keluarga besar berangkat ke Pantai pagi-pagi sekitar jam 06.00, jadi kurang tahu, berapa retribusi masuk ke tempat wisata, sebab saat itu Portal masih kosong dari penjaga loket. Jadi Kami slonong boysaja ke sana. (Mau nanya atau lihat plakatnya tp biasanya kan praktek di lapangan lain). Saat itu masih pagi, dan cuaca agak mendung, sehingga hawanya cukup nyaman.
Di kawasan wisata, sekitar 100 m dari pantai ada Gazebo yang disediakan untuk berteduh. Ruangnya cukup luas, meski ketika kami datang sangat kotor sehingga kami harus membersihkan dulu sebelum meletakkan perbekalan sarapan dan makan kecil yang kami bawa. Di sekitarnya juga banyak terdapat Kamar mandi dan toilet yangmudah kami temukan. Sementara warung-warung sederhana siap menyediakan makanan khas Purworejo seperti Kupat Tahu,atau makanan universal seperti soto, bakso, Mie, dll. Bahkan Restoran Seafoodpun ada kalau ingin yang sedikit lebih mewah. Sementara Di sebelah Timur ada tempat pelelangan Ikan dan Pasar Ikan segar tempat menjual hasil laut dari para nelayan yang baru pulang melaut. Membuat saya jatuh cinta pada Pantai ini, sebab saya bisa memilih ikan laut yang saya inginkan. Tongkol, tenggiri, ikan pari, layur, cumi-cumi, udang, dan ikan asin bisa ditemukan. Bahkan minta tolong dimasak sekalian dengan tambahan 10 ribu rupiahpun bisa. Tapi waktu saya minta cumi bakar, Si Ibu penjual malah bilang,:Wah,BU..kalau cumi bakar saya belum pernah masak seperti itu, biasanya cumi goreng tepung, cumi asam manis, cumi lombok ijo..! Tapi kalau Ibu mau mengajari saya, bisa saja saya buatkan cumi bakar..! Saya setengah ragu, sebab saya terlambat mengetahui kalau di situ ada tempat penjualan ikan, jadi saat itu sudah sekitar jam setengah dua belas siang. Akhirnya saya malah tidak jadi minta dimasak sekalian, sebab kasihan pada keluarga besar saya kalau menunggu terlalu lama. Jadi saya bawa saja cumi mentah untuk dimasak sendiri di rumah. Tak bisa diingkari kalau pantai ini membuat Ibu-ibu seperti saya betah memilih dan membolak-balik ikan-ikan segar, apalagi kalau ada kapal yang baru saja merapat dari melaut, pemandangan ini membawa angan saya masuk ke sebuah desa nelayan. It's exciting!! Sementara saat itu masih dalam suasana lebaran juga ada pertunjukan "Jaran Kepang"(Kuda lumping). Tapi saat itu sudah siang, jadi kami sudah bersiap untuk pulang, jadi tidak bisa menikmati pertunjukan itu.
Pantai Jatimalang masih relatif bersih dan sepi. Kamibisa bermain ombak sepuasnya, bahkan anak-anak dan keponakanpun rasanya tak mau pulang meski kami sudah bermain di pantai sekitar 5 jam. Tapi cuaca yang berubah panas cukup membuat mereka bersedia untuk menyudahi rekreasinya.
Kepiting dan ubur-ubur banyak terdapat di pantai. Sayang kepiting-kepiting itu begitu lincah dan bersembunyi di balik pasir, sehingga kami hanya berhasil menangkap sedikit kepiting dan Ubur-uburKami sempat penasaran dengan ubur-ubur (Jelly fish)yang berbentuk seperti payungberwarna putihtransparan. Semula saya kira es batu, sebab rupanya persis sekali es batu, tetapi ketika saya pegang terasa lembek, dan kenyalseperti kolang-kaling, tidak kerasseperties batu. Sementara ada yang berwarna biru transparan seperti balon tiup dengan alat gerak berumbai-rumbai yang akan mengembang sangat indah bila dimasukkan ke air. Tapi celakanya Saya tidak menyadari, kalau Ubur-ubur ini beracun, sehingga tangan saya terasa gatal dan panas seperti tersengat kalajengking. Bahkan tangan adik saya sampai bengkak. Tapi untunglah pengaruhnya cukup sampai di situ, tidak sampai menimbulkan akibat yang lebih parah.
Jatimalang mungkin Pantai yang belum terlalu dikelola, tapi bagi saya Pantai ini sudah cukup memadai untuk berwisata, membuat kita bisa melepaskan beban dan kepenatan. Sementara debur ombaknya yang besar bergemuruh akan mengingatkan kita akan kebesaran Illahi.Mungkin turis-turis mancanegara akan sangat tertarik bila pernah berkunjung ke pantai ini, meski dalam hati kecil sayaberharap agar pantai ini tetap memsona dalam kesederhaannya, tanpa dikotori dengan hotel-hotel yang menjulang dan fasilitas mewah yang justru akan membuat pantai ini menjadi mahal dan tidak menarik.
Lebaran selalu identik dengan mudik. Tentunya untuk orang yang jauh dari kampung halaman. Tidak bisa mudik??Kasihan deh Lu..! Mungkin itu yang terlintas dalam pikiran kalau ada orang yang tak bisa mudik. Apalagi kalau tidak bisa mudik karena urusan pekerjaan. Duh bisa nelangsa....:( Kita kan bukan mesin yang tak mengenal lelah, jadi kalau lebaran, hari raya juga tak dapat cuti, Hmm...jangan-jangan kita sudah termasuk orang yang gila kerja ( Atau malah gila beneran?? Upss...maaf..just a joke!)
Mudik memang butuh persiapan, tidak hanya fisik, tetapi juga finansial. Tetapi kalau kita sudah mempersiapkan segalanya, Insya Allah semuanya bisa berjalan lancar. Terkadang Saya dan suami berpikir, enak ya..kalau punya mobil pribadi, bisa mudik dengan santai tanpa repot menenteng barang bawaan seabrek, bisa mengambil rute sesuai keinginan, bisa mudik dan balik lagi dengan oleh-oleh yang banyak, bisa mudik tanpa perlu mandi dulu(he..he..kan tidak perlu berdekatan dengan orang banyak..:) ,sehingga kadang terlintas untuk membeli mobil.Tapi kalau dikaji ulang, bagaimana kalau tak punya sopir pribadi??Tentunya kita malah tambah capek, seharusnya istirahat dan libur kerja malah beralih profesi jadi sopir (meski mobil milik sendiri), bagaimana kalau macet, terus mobil yang sebenarnya sudah dipersiapkan dan diservis ternyata mogok, belum lagi kalau mesin mobil ngadat, pastilah butuh pengeluaran ekstra yang tidak sedikit, belum lagi bensinnya, pajaknya, apalagi kalau bisanya beli kredit, pastilah menambah anggaran pengeluaran. Belum lagi kalau "dianggap" kaya, jadi ngasih pengemis dan pengamenpun paling tidak seribu rupiah (padahal kadang ngasih limaratus aja biasanya sayang(He.he..tidak lah yaww..masakjadi kikir..!)
Ah..daripada berandai-andai lebih baik saya nikmati saja perjalanan mudik saya. Biasanya dari terminal Madiun ke terminal Yogya, tidak pernah ada masalah. Saya salut pada bis-bis Jawa Timuran Surabaya-Yogya. Bisnya bagus-bagus, bahkan beberapa ber-AC dengan tarif biasa. Jarak tempat duduk yang satu dengan yang lain juga longgar. Sementara tarifnya sangat jelas dan disiplin. Bahkan kenaikan tarif ditempel di dinding bis. Apalagi mudik kemarin saya dapat tempat duduk di depan, bisa memandang bebas ke depan, dengan AC yang nyaman, tak heran kalau saya dan anak-anak serta suami bisa terlelap di bis.
Tapi ketika berganti bis dari Yogyakarta ke Purworejo..!Hmm...tempat duduk terlalu mepet dan sempit, bisnya juga relatif sudah kumal, sementara tarif yang biasanya 8-10 ribu naik menjadi 15 ribu rupiah. Duh..50%. Tapi ini belum seberapa. Tarif ini baru beberapa tahun berjalan. Saya ingat, dulu setiap lebaran semua bis Purworejo Yogya yang biasanya 7 ribu, naik menjadi 20-30 ribu. Sungguh masa-masa yang kacau dan tidak ada kepastian hukum L. Jadi jarak Purworejo-Yogya yang hanya kira-kira sepertiga jarak Madiun Yogya justru bertarif 2 kali lipat tarif Madiun Yogya, itupun dengan bis yang relatif jelek dan tempat duduk yang terlalu sempit. Jadi kalau sekarang tarifnya 15 ribu, mungkin masih Alhamdulillah (betul-betul orang Jawa.semua serba untung! Untung hanya ditarik 15 ribu J...). Tapi sejujurnya, Meski kami berempat, aku hanya mengulurkan uang 50 ribuan. Ketika kondektur minta tambahan 10 ribu, saya berkata," Naik sampai 50%??(Dengan sedikit melotot, he..he..akhirnya kondektur mengalah, tentunya bukan karena takut pada pelototan saya, tapi mungkin malu berdebat dengan perempuan atau tarif resminya mungkin tidak semahal itu. Entahlah! Tapi yang jelas, ketika balik ke Madiun, Saya melakukan hal yang sama dengan tarif itu, dan ternyata kondekturnya kembali mengalah..he..he..!)
Mudik…???Kalau bagi saya, kata-kata itu sangat indah dan menarik . Mudik selalu membawa kenyamanan bagi saya, mendatangi tempat yang sangat familiar, dengan lingkungan yang familiar, penuh kenangan, dan tempat di mana saya merasa dikenal dan mengenal banyak orang.
Saya tak tahu, apakah ada orang yang tak suka mudik. Dalam hati kecilnya, semua orang pasti suka mudik, tetapi terkadang pengaruh lingkungan eksternal maupun pengaruh internal kejiwaan akan mempengaruhi kecenderungan dan keinginan untuk mudik. Seperti misalnya, orang yang berhasil di rantau dengan yang gagal mengais nafkah didaerah lain, pastilahakan berbedakeinginannya untuk mudik. Orangyang berhasil pasti akan lebih antusias untuk mudik .
Bahkan mengambil istilah beberapa teman, terkadang mudik dijadikan sebagai ajang pamer keberhasilan, baik yang berhasil mengumpulkan kekayaan, maupun yang berhasil meraih kedudukan yang tinggi. Bagi saya itu sah-sah saja, asal pamer kekayaan dan kedudukan itu diikuti dengan keinginan untuk berbagi dan menularkan keberhasilan di kampung halaman. Seperti misalnya, kalau ada seorang pemudik yang berhasil merintis usahadan menjadi pengusaha yang berhasil, kemudian mengajak dan menularkan keberhasilannya pada tetangga-tetangganya, bagi saya itu sesuatu yang patut diacungi jempol. Apalagi kalau diikuti dengan memberikan kontribusi pada daerah asalnya dengan membangun mushola, membantu pengaspalan jalan, membantu permodalan pada wirausawan di desanya. Bolehlah keberhasilan seperti itu dipamerkan. Tapi kalau sekedar mudik dengan mobil mewah, bercerita sana sini tentang keberhasilannya, memamerkan kecanggihan fasilitas yang dimiliki, dan bertambah angkuh dan mendongakkan dagu karena merasa menjadi orang hebat..Ingin semua orang kagum, menghormati dan mengelu-elukannya....Duh...Semoga tidak ada ya..orang yang seperti itu.
Bagi saya sendiri, mudik tentu saja bukan ajang pamer keberhasilan, sebab kehidupan saya biasa-biasa saja. Kedudukan saya biasa-biasa saja. Semuanya sangat biasa dan wajar. Mudikpun saya hanya naik bus umum kelas ekonomi. Bahkan kalau kurang beruntung harus berdesak-desakan dengan penumpang lain , atau mungkin harus berdiri karena tidak kebagian tempat duduk, sementara kedua tangan menenteng barang bawaan yang tidak bisa dikatakan ringan. Tapi nyatanya mudik selalu mendatangkan kebahagiaan tersendiri bagi saya. Bisa bertemu semua saudara, sebab saat lebaran semua mengambil cuti, bisa bertemu Ibu saya, bisa nyekar ke makam Bapak, adik, Kakek, nenek, Bude, dan semua kerabat yang telah berpulang ke Rahmatulloh. Terlepas dari semua kerepotan dan keribetan, mudik bagi saya adalah sesuatu yang exciting dan amazing, jadi saya akan merasa heran, kalau ada orang yang tidak suka mudik.
Manusia senantiasa mengharapkan kekekalan dan enggan menerima kebinasaan.(oleh karenanya) manusia diberi sifat marah, yaitu suatu kekuatan panas yang bergejolak di dalam batinnya(Ihya Ulumuddin).
Abu Hurairah meriwayatkan,bahwa seseorang berkata , "Wahai Rasulullah, berilah wasiat kepadaku!". Rasulullah bersabda,"Janganlah kamu mudah marah." Lalu beliau mengulanginya lagi,"Janganlah kamu mudah marah."(HR al-Bukhari).
IbnMas'ud berkata:Rasulullah SAW bertanya,"Apa pemahaman kalian tentang orang yang kuat?" Kami menjawab,"Orang yang tak terkalahkan oleh orang lain dalam bergulat."
Rasulullah SAW menyanggah,"Tidak demikian, namun yang dimaksud dengan orang yang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan nafsunya saat marah (HR Muslim).
Rasulullah SAW bersabda,"Tiada seorangpun yang marah kecuali ia mendekatkan dirinyakepada neraka (Ihya Ulumuddin).
Ada 3 tingkatan manusia yang berkaitan dengan sifat pemarah,
Manusia yang tafrith(serba kekurangan), yaitu manusia yang kehilangan potensi amarahdan emosinya sama sekali( sehingga tidak dapat marah). Manusia semacam ini tercela.
Manusia yang mempunyai emosi seimbang, tidak terlalu lemah, dan tidak terlalu ekstrim amarahnya. Sifat inilah yang disematkan Allah SWT kepada para sahabat.
Manusia yang Ifrath, (serba berlebihan), yaitu manusia yang amarahnya melampaui batas, sehingga keluar dari kendali akal dan agama. Orang semacam ini tidak dapat berpikir jernih, bahkan terkesan ia seperti terpaksa. Kondisi semacam ini tercela, kondisi dzahirnya tampak berubah menjadi buruk, begitu pula dengan kondisi batinnya, lebih buruk lagi.
Sekali waktu Aisyah Rapernah marah. Lalu Rasulullah SAW bertanya padanya,"Setanmu telah merasukimu?" Aisyah balik bertanya,"Apakah Engkau juga punya setan Ya Rasulullah?" Beliau menjawab,"Ya, saya juga.Namun Aku senantiasa berdoa pada Allah SWT dan Ia menolongku, sehingga akupun selamatdan tidak memerintah kecuali hanya kebaikan.(HR. Muslim)
Mengatasi Amarah Yang sedang Bergejolak.
Dengan mengenali pahala yang akan diperoleh ketika berhasil menahan amarahnya.
Menakut-nakuti diri dengan balasan yang akan ditimpakan Allah SWT pada diri sendiri jika memperturutkan nafsu amarah.
Mengakui bahwa hanya Allah SWT yang paling berkuasa dibanding diri sendiri.
Memperingatkan diri sendiri akan dampak dan balas dendam yang dilakukan orang yang dimusuhi, dan dimarahi, karena akan tersakiti dan menimbulkan dampak yang berkepanjangan.
Membayangkan betapa buruknya penampilan diri sendiri saat marah dengan melihat penampilan orang lain saat marah.
Menasehati diri sendiri bahwa orang yang marah laksana binatang buas, tapi bila berhasil menahan amarah laksana nabi dan wali.
Harus mengetahui bahwa marahnya disebabkan oleh kekaguman akan sesuatu berdasarkan kehendak Allah SWT, bukan atas kehendak diri sendiri.
Doa ketika marah:Allahuma Rabba Muhammadin nabiyyaghfirlii dzanbiiwa adhhibghaitha ghalbiiwa adzirnii min mudhillatil fitani maathaharaminhaa wamaa bathana. (Ya Allah, Rabb Muhammad, sang Nabi. Ampunilah dosaku, hilangkanlah amarah hatiku, lindungi aku dari sesatnya fitnah, yang nampak maupun yang terselubung(HR. Ahmad).
Rasulullah SAWbersabda, Marah adalah (laksana) batu yang dinyalakan dalam hati. Tidakkah kalian melihat menggelembungnya urat leher dan memerahnya mata orang yang sedang marah? Jika salah satu dari kalian mengalami kondisi seperti itu, maka jika sedang berdiri, duduklah. Dan jika sedang duduk, berbaringlah. Jika amarah itu belum hilang juga, maka berwudhulah dengan air dingin dan mandilah. Karena api tidak dapat dipadamkan kecuali dengan air(HR. Tarmidzi)
Sejujurnya aku kurang suka mendengarkan gossip-gosip selebritis yang sebenarnya sudah diberikan fatwa haram oleh MUI.Tapi tanpa sengaja aku sering menangkap berita-berita itu. Perceraian artis, KDRT, pertengkaran dalam rumah tangga, yang berujung pelaporan dan dilaporkan ke polisi, dan jadi tersangka. Dua orang yang tadinya saling menyayangi menjadi musuh. Duh...dunia sudah jungkir balik. Mungkin itu tidak terlalu memusingkan pikiranku, tapi kali ini yang datang padaku adalah seorang teman, yangentah sudah berapa puluh kali berkeluh kesah padaku. Tentang suami yang inginnya begini, sementara dia inginnya begitu, terus bertengkar, perang mulut, perang dingin, sampai terjadi KDRT (Kekerasan dalam Rumah Tangga).Sebenarnya aku tak ingin ikut campur, sudah berulangkali kunasehatkan, masalah dalam rumah tangga hanya bisa diselesaikan oleh mereka sendiri. Tapi mungkin dia hanya ingin didengarkan. Okelah..kalau begitu. Tapi sudah saatnya dia sadar, jadi ketika dia datang padaku, kukatakan padanya. " "Obatnya ada kalau kamu mau". Apa?? Tanyanya antusias.
"Kumis harimau," Jawabku tegas. Dia menatapku tak mengerti, mungkin berpikir, tega-teganya aku mengajak bercanda di saat dia butuh dukungan moral dariku. Tapi aku sama sekali tak tertawa, sebab aku memang tidak ingin bergurau. Kuambilkan buku dongeng anakku. Dia mulai jengkel. "Kamu ingin aku membacakan dongeng untuk suamiku, saat dia marah?" tanyanya dongkol. Kali ini aku nyengir. Baca saja dongeng itu, jawabku. Dengan setengah hati dia membacanya. Aku sudah hafal isinya.
Konon pada jaman dahulu kala, ada seorang istri yang sering disiksa oleh suaminya yang kejam. Sang istri sangat bersedih karenanya. Tapi dia selalu ingat pesan orang tuanya, untuk selalu berbakti pada suami, dan tidak boleh sekalipun minta cerai. Bahkan sampai kedua orang tuanya meninggal dunia, sang istri selalu mematuhi perintah kedua orang tuanya. Sampai kali ini sang istri sudah benar-benar tak kuat menahan derita, karena itu, datanglah ia pada seorang tua yang bijaksana . Dengan bercucuran air mata sang istri mengadukan nasibnya. Orang tua yang bijaksana itu berkata, "Carilah 3 lembar kumis harimau yang bersarang di dalam goa yang letaknya di pinggir sebuah belantara, bawalah padaku, nanti kubuatkan obatnya untukmu. Sang istri sangat bingung, apa yang harus dilakukan?Goa itu sangat angker, karena penuh dengan binatang buas yang berbahaya, sementara belantara yang bersebelahan, pastilah juga dihuni oleh ular-ular berbisa yang sangat ditakutinya. Tapi, karena kemauannya sangat kuat untuk menaklukkan hati suaminya, dilaksanakan juga syarat dari Orang tua yang bijaksana tersebut. Mula-mula, dia masih ngeri. Seonggok daging yang dibawanya, diletakkan agak jauh dari mulut goa, ditungguinya sampai Harimau yang diinginkannya keluar, tapi ternyata Si Harimau belum mau muncul, kemudian Sang istri lebih masuk ke dalam Goa, begitu seterusnya, sambil berlindung di belakang pintu goa, diintipnya harimau yang mulai mengendus bau daging, dan memakannya. Begitulah seterusnya sampai Sang Raja hutan itu menjadi jinak dan bersahabat dengan sang istri, hingga suatu saat, ketika Sang Istri mencabut 3 lembar kumisnya, Sang harimau membiarkannya. Harimau yang buas itu telah menjadi sahabat yang baik bagi Sang istri.
Dengan hati senang dan berdebar-debar, Sang istri menghadap pada Orang tua yang bijaksana. Diserahkannya 3 lembar kumis harimau yang telah berhasil didapatnya dengan perjuangan keras.
Orang tua yangbijaksana itu tersenyum . "Sekarang, pikirkanlah olehmu, harimau yang begitu buas dan ganas dan tidak berakal saja bisa Kau taklukkan, apalagi suamimu yang mempunyai akal dan hati nurani, pastilah akan luluh dan bersikap baik padamu, bila Kamu bersikap baik, sabar, telaten dan berusaha keras. Mengapa tidak kau lakukan hal itu pada suamimu?"
Sang istri tertegun, sadar akan kekeliruannya, dalam hati Ia mengakui, kadang-kadang Ia membantah dan ikut jengkel bila suaminya marah, kadang-kadang ia tak ikhlas dengan apa yang diperintahkan suaminya....! Sang Istri tersenyum memikirkan kebodohannya sendiri. Diucapkannya terima kasih pada Orang tua yang bijaksana itu, dan pulanglah Ia dengan hati lapang, dan berdoa pada Tuhannya, agar apa yang dilakukannya bisa berhasil, sebab apapun yang dilakukan, tanpa ridhlo Tuhan, pastilah tak akan berhasil.
Temanku terdiam selesai membaca dongeng itu, kupikir dia akan mengikuti apa yang diikuti Sang Istri dalam dongeng itu, tapi apa katanya???
"Memangnya Aku orang bodoh, yang harus patuh dan tunduk pada semua perintah suami? Memangnya aku harus diam kalau dimaki-maki? Memangnya Aku orang tak berdaya yang harus mengalah dan rela disiksa???Tak Usyahh...ya...!!!!!
Aku termangu, Apakah hal seperti ini yang membuat KDRT kian marak??Entahlah, mungkin kumis harimau itu sudah terlalu kuno dan basi..........
Alhamdulillah, Allah masih berkenan memberi kenikmatan kepada kita semua untuk kembali menemui bulan Ramadhan. Marilah kita semua berusaha sebaik-baiknya untuk berpuasa hanya karena mencari ridhlo Allah SWT. Mari kita nilai diri kita secara jujur, sudah maksimalkah usaha kita untuk mendekatkan pada Allah SWT, Rabb seru sekalian alam.
Saya mencoba berbagi ilmu yang saya dapat dari kitab Ihya' Ulumuddin Imam Ghazali, tentang:
RAHASIA PUASA DAN SYARAT-SYARAT BATINNYA.
Ketahuilah, bahwa puasa memiliki tiga tingkat, yaitu:Puasanya orang awam, puasanya orang khusus, dan puasa khususnya orang khusus.
Puasanya orang awam adalah menahan makan dan minum dan menjaga kemaluan dari dorongan syahwat.
Sedangkan Puasanya orang khusus adalah (selain menahan makan dan minum serta syahwat juga) menahan pendengaran, pandangan, ucapan, gerakan tangan dan kaki, dari segala macam bentuk dosa.
Dan puasa khususnya orang khusus adalah puasanya hati dari kepentingan jangka pendek dan pikiran – pikiran duniawiserta menahan segala hal yang dapat memalingkan dirinya pada selain Allah SWT.
Sedangkan untuk hal yang dapat merusak hakekat (pahala) puasa Rasulullah SAW bersabda : "Ada lima hal yang membatalkan (pahala puasa) orang yang berpuasa: berbohong, namimah(mengadu domba), ghibah (mengumpat atau menfitnah), sumpah palsu, dan memandang dengan syahwat (HR. Al-Azdidalam adh-Dhu'afayang diriwayatkan oleh Jaban dari Anas. Disebutkan pula oleh al-Hindi, Kanz al-'Ummal(23813);az-Zaila'i, Nashb ar-Rayah (2/483);Ibnu al-Jauzi, al-Maudhu'at (2/196).
Oleh karenanya, memelihara diri dari perbuatan maksiat menjadi ciri puasanya orang-orang khusus.
Tanda-tanda Puasanya Orang yang khusus ada enam:
Pertama, menundukkan pandangan dan mencegah keinginan untuk memperluas penglihatan pada segala hal yang tercela dan dibenci serta yang dapat melalaikannya dari mengingat Allah SWT. Rasulullah SAWbersabda, "Pandangan adalah salah satu panah iblis (HR.al-Hakim, al Mustadrak(4/349) dan ia men-shahih-kan sanadnya dari hadits Hudzaifah, Ath-Thabrani, al -Kabir (10/173); dan Ibnu Katsir dalam tafsirnya (3/283).
Kedua, Menjaga lidah dari berbohong, ghibah, berkata keji, kasar dan segala hal yang dapat menjauhkannya dari mengingat Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda: "Puasa adalah benteng, jika seseorang dari kalian sedang berpuasa, maka janganlah berkata keji, dan bersikap bodoh. Jika ada seseorang yang mengajaknya berselisihatau mencacinya, maka katakanlah,"Sesungguhnya saya sedang berpuasa.(HR. Al-Bukhari)
Ketiga, mencegah pendengaran dari mendengarkan segala hal yang dibenci. Allah SWT berfirman : "Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram," (QS. Al-Maidah [5]:42).
Keempat, mencegah anggota tubuh lainnya dari berbuat dosa, khususnya kedua tangan dan kaki. Juga mencegah perut dari memakan hal-hal yang subhat.
Rasulullah SAW bersabda: Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi dia tidak mendapatkan pahala dari puasa tersebut kecuali hanya rasa lapar dan haus (HR. An-Nasai dalam kitabnya as-Sunan(3249); Ibnu Majah dalam kitabnya as-Sunan(1690).
Kelima, Tidak memperbanyak makanan yang halal saat berbuka , karena maksud dari puasa itu sendiri adalah meredam hawa nafsu untuk menjadikan diri sebagai jiwa-jiwa yang bertakwa.
Keenam, setelah berbuka, hatinya berada di antara perasaan penuh harap dan takut kepada Allah SWT. Subhanallah, semoga hati kita terbuka untuk selalu berusaha memperbaiki kualitas puasa kita. Amin!!!!!