Senin, 23 Februari 2009

Fenomena dukun cilik


FENOMENA DUKUN CILIK
Lemahnya Iman atau akibat Kemiskinan?


Sepintas lalu saya hanya tertawa ketika melihat tayangan di televisi tentang seorang dukun cilik yang menemukan batu di dekat sebuah pohon yang tersambar petir. Konon kabarnya, batu itu bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit dengan cara dicelupkan ke dalam air.

Tapi pada pemberitaan berikutnya, saya sangat terkejut, ternyata tamu Ponari, nama dukun cilik itu sudah mencapai 50.000 orang. Ck..ck..saya berdecak antara kagum dan prihatin.

Mungkinkah ini gambaran masyarakat kita yang kehilangan pegangan? atau masyarakat kita yang putus asa dengan biaya pengobatan yang semakin mahal? Saya rasa tidak, sebab sudah berkali-kali saya berobat ke puskesmas, ternyata obatnya bisa didapat secara cuma-cuma alias gratis. 

Saya lebih cenderung adanya lemahnya iman dan faktor latar belakang masyarakat jawa yang sangat kental dengan mistis. Andaikan saja mereka mengerti kalau syirik (musrik) itu adalah dosa besar, dan andaikan saja saja mereka mengerti bahwa Alloh adalah sebaik-baik penolong, pastilah tamu Ponari tidak akan membludak, dan tidak ada korban meninggal karena antri ingin diobati Ponari.

Dan andaikan mereka mengerti, bahwa perniagaan yang paling menguntungkan adalah perniagaan di jalan Alloh, pastilah tidak ada orang tua mengijinkan anaknya jungkir balik mengobati orang sakit sampai dia sendiri sakit dan tidak bisa bersekolah, sekalipun dengan begitu bisa menghasilkan milyaran rupiah. 

Lalu siapa yang harus dipersalahkan kalau kemudian muncul dukun Dewi yang mempunyai batu petir, potongan batu petir kepunyaan Ponari, dan muncul lagi dukun cilik yang mempunyai kembang sepatu ajaib?

Saya jadi ingat pada dongeng yang saya baca waktu kecil tentang batu sayur. Yaitu ada seorang pengembara yang kelaparan, tapi tidak ada seorangpun bersedia memberinya makan, kemudian ia mengetuk pintu rumah seorang penduduk sambil membawa batu yang dipungutnya di jalan, tetapi sudah dicuci bersih-bersih. 

Dia berkata pada si empunya rumah, bahwa ia mempunyai batu yang bisa membuat makanan menjadi lezat, dan membuat badan menjadi sehat. Akhirnya si empunya rumah mengijinkan pengembara untuk tinggal, dan mengajarinya memasak dengan memasukkan batu itu ke dalam masakannya. Dan ternyata betul, ketika sop yang dimasak oleh pengembara dan si empunya rumah sudah matang, dan mereka makan bersama seluruh anggota keluarga.

Rasanya betul-betul terasa lezat dan badan terasa sehat. Setelah cukup beristirahat dan tenaganya pulih, si pengembara minta diri dan menghadiahkan batu itu pada pemilik rumah. Dalam hati si pengembara tersenyum, sebab ia tidak akan khawatir kelaparan, sebab banyak batu sayur di setiap jalan yang dilaluinya. Tidak mustahil, kan, kalau batu petir itu tak lain adalah batu sayur seperti milik si pengembara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar