Selasa, 18 Agustus 2020

Memperingati Proklamasi di Saat Pandemi

 Keseruan lomba anak-anak di RT 11, dusun mbuluh, krandegan kebonsari madiun.

Sabtu, 02 Mei 2020

Kenapa Harga Telur Anjlok 13 ribu/kg?





Setelah sempat melonjak sekitar 30 ribu/kg, kini harga telur anjlok sampai 13 ribu/kg. Susah membayangkan, bagai nama nasib  peternak ayam petelur. Di saat harga pakan dan pemeliharaan mahal, harga telur justru anjlok sangat fantastis.
Kemarin saya pesan telur secara online dengan harga 19 ribu/kg. Tetapi karena pasokan terlambat, baru dikirim hari ini. Ternyata harganya justru turun menjadi 17 ribu/kg. Untuk menjawab keheranan saya, saya mencoba mencari informasi dari grup kuliner yang kebetulan sedang membahas harga telur.
Agus Suryobuwono, seorang anggota grup memposting bahwa harga telur di Pasar Krempyeng, Sidoarjo secara ecer 15500/kg.
Sedangkan, Eliaa dari Kediri, Heny dari Blitar, dan Ana dari Baron nganjuk menuliskan dalam komennya bahwa harga telur di daerahnya masing-masing mencapai 13.000/kg. Sementara dari Semarang menuliskan harga di sana berkisar antara 19,20,21 ribu/kg.
Dilla, dari Jaksel Lebak Bulus, menuliskan harga telur sekitar 20 ribu/kg. Meski ada juga yang melaporkan harga telur masih tinggi, sekitar 25.000-26.000 seperti yang dituliskan oleh Mutiara Tan Egek, tapi kurang jelas domisilinya di mana.
Terlepas dari begitu bervariasinya harga telur, dari beberapa pernyataan bisa disimpulkan, anjloknya harga telur disebabkan oleh : 
1. Pasokan telur ke kota-kota besar terhambat karena adanya penutupan jalan. Sehingga stok yang sudah siap didistribusikan jadi tertahan. Untuk menghindari telur busuk, akhirnya dijual secepatnya dengan harga murah.
2. Pasokan telur sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan pedagang dan rumah makan seperti penjual martabak, nasi goreng, mie dll saat ini banyak menutup usahanya karena wabah, sehingga pasokan telur yang berlimpah tidak terserap pasar, akhirnya diobral dengan harga murah, daripada membusuk.
3. Di saat menjelang lebaran biasanya pasokan telur melimpah karena banyaknya usaha kue-kue kering yang menjamur. Tapi khusus menjelang lebaran tahun ini, banyak pengusaha kue kering yang menutup dan menghentikan usahanya. Akhirnya telur kembali tidak terserap. Untuk mengatasi keadaan ini telur diobral dengan harga murah.
Anjloknya harga telur ini disambut gembira oleh banyak orang yang segera mencanangkan pesta telur, tapi tak sedikit pula yang menyatakan keprihatinannya. Bahkan ada yang mengkhawatirkan telur akan hilang dari peredaran, karena peternak yang putus asa akibat rendahnya harga telur akan memilih meninggalkan usahanya dan memilih bidang lain.
Ada juga yang mengajak untuk memborong  telur, sehingga mendorong meningkatnya kembali harga telur ke harga normal.
Di tengah keprihatin ini diharapkan para penentu kebijakan bisa mengendalikan dan menstabilkan harga telur yang kacau seperti saat ini. Perlu sensitifitas dan kepedulian untuk menghargai jerih payah para peternak, khususnya ayam petelur. Sungguh ironis dan tidak sebanding,  di saat harga pakan membubung, harga telur justru anjlok. Semoga wabah ini cepat berlalu, dan para penentu kebijakan mampu memberi solusi dan mengambil langkah tepat untuk menstabilkan harga telur.

Rabu, 01 April 2020

Apakah pelanggan prabayar juga gratis token?



Kartu kendali prabayar

Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan mekanisme pelaksanaan pemberian stimulus tarif listrik terkait pembebasan atau penggratisan biaya tarif listrik bagi konsumen 450 Volt Ampere (VA) dan pemberian keringanan tagihan 50 persen kepada konsumen bersubsidi 900 VA (antaranews.com)

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana menjelaskan untuk pelanggan daya 450 VA
akan dibebaskan biaya pemakaian dan beban selama 3 bulan, sedangkan untuk pelanggan daya 900 VA akan dikenakan biaya pemakaian dan biaya beban sebesar 50%, dalam konferensi pers secara daring , rabu 1 april 202

Mengantisipasi pemakaian konsumen reguler yang melebihi batas, Kementerian ESDM dan Perusahaan Listrik Negara (PLN) sudah memiliki database penggunaan masing-masing konsumen, sehingga ketika pemakaian melebihi batas rata-rata selama 3 bulan sebelumnya, sekringnya akan anjlog secara otomatis sehingga listrik padam, sehingga terhindar dari pemakaian listrik berlebih, mengingat adanya WFH dan SFH serta berkumpulnya banyak anggota keluarga akan berpotensi menaikkan konsumsi daya listrik, yang tidak terkontrol bila tidak dikendalikan.

Khusus prabayar 450 VA, Rida Mulyana  kembali menambahkan, pemerintah akan memberikan token gratis setiap bulan sebesar pemakaian tertinggi dari tiga bulan terakhir. "Masing-masing pelanggan konsumsinya beda-beda, kami sudah punya profil pelanggan, angka maksimum dari pemakaian tiga bulan terakhir, yang kita berikan.



Penerapan mekanisme keringanan pembayaran ini akan diberlakukan serupa pada pelanggan rumah tangga prabayar 900 VA bersubsidi. Setiap bulannya akan diberikan token listrik gratis sebesar 50 persen dikalikan pemakaian bulan tertinggi dari tiga bulan terakhir. "Persis seperti 450 VA, hanya saja tidak gratis tetapi bayarnya hanya 50 persen," jelas Rida.
Tapi Rida tidak menjelaskan secara tehnis, bagaimana cara memberikan token gratis atau diskon 50% tiap bulannya. Apakah dengan bagi-bagi voucher yang digit angkanya bisa dimasukkan ke meteran pelanggan prabayar, atau ada petugas yang tiap bulan siap mengisikan pulsa, atau otomatis diberikan diskon saat pelanggan prabayar membeli pulsa atau melakukan pengisian ulang, mengingat pelanggan prabayar harus aktif melakukan pengisian pulsa, tidak pasif seperti pelanggan pasca bayar yang bisa langsung menggunakan daya listrik dan baru melakukan pembayaran kemudian.


Rida menegaskan selama tiga bulan ke depan, mulai bulan April hingga Juli, kedua pelanggan 450 VA dan sebagian 900 VA akan mengikuti mekanisme yang sudah ditentukan.
Tapi untuk pelanggan prabayar, kemungkinan baru bisa menikmati pembelian diskon atau gratis mulai bulan mei, sebab untuk prabayar harus membeli pulsa dulu baru bisa mengkonsumsi daya listrik. Seperti pengakuan pelanggan listrik prabayar yang melakukan pembelian token pada tanggal 1 april 2020,
"Aku tadi membeli pulsa listrik 100 ribu, jumlah kwh nya masih biasa seperti bulan-bulan sebelumnya. Belum tahu bagaimana mekanisme pemberian diskon 50% nya" (Mamat Surochmat)

Untuk pelanggan listrik prabayar bersubsidi 450 VA dan 900 VAi harus sedikit bersabar untuk mengikuti mekanisme yang ditentukan

Kamis, 02 Januari 2020

Belajar Ternak Lebah Madu



Murid-murid SDN Sidorejo 2, Kebonsari, Madiun sedang memperhatikan pengarahan tentang tolabul ilmi dari Pak Sunardi. Pentingnya menuntut ilmu dari ayunan sampai liang lahat, dari lahir sampai tutup usia.
" Dari Abu Dzar r.a Rasulullah SAW bersabda kepadaku, ya Abu Dzar! Sungguh kamu berangkat pagi untuk belajar satu ayat dari kitab Alloh itu lebih baik bagimu daripada engkau shalat 100 rakaat. Dan engkau berangkat pagi hari untuk belajar satu bab dari Ilmu baik diamalkan atau tidak, itu adalah lebih baik daripada engkau shalat 1000 rakaat (HR. Ibn Majah).
Sebelum mengajarkan berternak lebah, P. Sunardi juga menjelaskan surat dalam Alqur'an yang membahas tentang lebah, yaitu surat an nahl(lebah) yang merupakan surat ke 16. Sedang ayat tentang lebah terdapat dalam ayat 68  dan 69. :
Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah : Buatlah sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat oleh manusia ( QS an nahl(16) : 68
Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan, dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang berpikir (QS an nahl(16) : 69.



Jenis-jenis lebah madu ada 4 macam, yaitu cerana, dorsata, florea dan mellifera. Sedang lebah yang dibudidayakan di sini adalah mellifera, jenis impor yang kualitasnya lebih bagus dan bisa dipindah-pindah dalam pemeliharaannya. Dalam sistem kehidupan lebah terdapat 3 jenis lebah, yaitu lebah ratu, lebah jantan dan lebah pekerja.
Lebah ratu dapat kita kenali dengan ciri-ciri perutnya panjang, jauh lebih panjang dari pada sayapnya. Ukuran dada lebah ratu lebih besar daripada lebah pekerja dan kepala lebah ratu berbentuk bulat. Dalam satu koloni (sarang) hanya terdapat 1 lebah ratu, bila lebih akan berkelahi sampai salah satu mati, atau salah satu pergi meninggalkan sarang dan membentuk koloni baru.Lebah ratu kerjanya hanya bertelur, dan tidak pernah mencari makan karena dilayani oleh lebah-lebah pekerja. Dalam sehari lebah ratu bisa menghasilkan sekitar 1000 telur, dengan masa hidup 4-6 tahun.  Sebelum bertelur lebah ratu akan pergi untuk kawin yang hanya dilakukan sekali,sedang bertelur dilakukan seumur hidup. Telur lebah ratu akan berubah menjadi lebah betina biasa yang tumbuh menjadi lebah pekerja, sedang yang tidak dibuahi akan berubah menjadi lebah jantan. Sedang telur calon lebah ratu sangat istimewa, diletakkan di sarang bagian pinggir, dengan posisi tegak lurus dan berukuran lebih besar. Makanannyapun khusus, yaitu royal jelly. Royal jelly biasanya terdapat dalam sarang yang masih putih, belum terlalu coklat warnanya. Calon lebah ratu hanya butuh sekitar 15 hari untuk menjadi lebah ratu yang sempurna. Kemudian akan berkelahi dengan lebah ratu yang tua sampai salah satu mati, atau terbang keluar untuk membentuk koloni baru.
Sedang lebah jantan biasanya hanya berjumlah ratusan, dan hanya yang kuat dan terbang tinggi untuk kawin dengan lebah ratu. Lebah jantan yang berhasil mengawini lebah ratu itu tidak lama akan mati karena testisnya lepas dan tertanam pada ovarium ratu lebah.
Lebah jantan lainnya hanya tinggal disarang dan makan dari makanan yang dibawa oleh lebah pekerja. Ciri-ciri lebah jantan, bentuknya besar mirip dengan lebah ratu, tetapi sedikit ramping. Matanya besar dan bersentuhan pada atas kepalanya.
Setiap koloni lebah ada sekitar 30 ribu sampai 60 ribu ekor lebah pekerja. Ciri-ciri lebah pekerja adalah ukurannya yang paling kecil jika dibandingkan dengan lebah jantan. Kepalanya berbentuk segitiga dan kaki belakang ditutup bulu yang panjang, bulu panjang ini berguna untuk menyimpan tepung sari ketika terbang mencari bahan makanan..
Tugas lebah pekerja diantaranya :
  • Membagun sarang lebah untuk bertelurnya lebah ratu
  • Terbang mengumpulan nektar, tepung sari dan air
  • Memberi makan lebah ratu dan lebah jantan
  • Membersihkan sarang
  • Menjaga sarang dari gangguan / musuh.
  • Ini adalah sisir kandang lebah / bingkai royal jelly untuk membuat sarang si lebah yang berisi ratu lebah, usahakan ratu lebah tidak bisa keluar dari dalam bingkai yang kita buat. Kotak papan tempat budidaya lebah madu yang diperlukan minimal 40 kotak, idealnya adalah 100 kotak koloni lebah madu.
  • Peternakan lebah membutuhkan tempat yang jauh dari keramaian dan dekat dengan tanaman yang banyak menghasilkan  bunga.

Kamis, 12 Desember 2019

Tumpeng untuk Ibu




Kamis kemarin, 12 desember 2019 di balai desa Krandegan diadakan Lomba tumpeng menyambut hari ibu. Acara yang menarik. Lomba diadakan antar RT, dengan jumlah RT sekitar 37 dalam lingkup Desa Krandegan. Para peserta diberi anggaran dari desa sebesar 50 ribu untuk mewujudkan sebuah tumpeng dalam rangka menyambut hari ibu.
Dalam rapat RT sempat bingung, sebab RTku kebetulan dalam minggu yang sama mendapat amanah menyediakan tempat bagi pengajian ibu-ibu muslimat di hari ahad pahing. Sempat tercetus untuk memesan tumpeng yang sudah jadi saja untuk kemudian disetor ke panitia, toh peserta cuma diwajibkan setor tumpeng yang sudah jadi. Ada yang usul untuk memesan kepada penjual makanan yang biasa membuat tumpeng, tapi sayangnya domisilinya di RT lain, jadi tidak bisa diterima. Yang paling ideal usulan memesan pada warga RT sendiri, yang lain tinggal membantu mendoakan. Tapi kalau melihat anggaran yang cukup mepet, kasihan juga kalau semua dibebankan pada satu orang saja. Akhirnya Bu RT memutuskan aku dan Bu Anies untuk membantu Bu Nur mempersiapkan tumpeng untuk lomba. Ya sudah, bismillah saja. Yang penting kita berpartisipasi dan berusaha sebaik-baiknya.
Menjelang hari H kami berembug, membuat rincian anggaran dan menentukan desain tumpeng, juga berbagi tugas. Ternyata menyusun rincian anggaran cukup memusingkan. Semula Bu Nur mengusulkan burung dara panggang. Dan aku sempat setuju, tapi ketika mengotak atik anggaran kok agak susah bernafas. Dari nasi saja sudah sekitar 10 ribu. Hiasan dan daun pisang sekitar 5 rb, bisa lebih. Sayuran dan bumbu urap 5 rb. Burung dara dan bumbunya sekitar 10 ribu. Telur kl beli 1/4 kg saja sudah 6ribu. Tentunya ada lauk lain, minyak goreng, dan bahan lain yang yang ternyata melebihi 50 rb. Akhirnya kami putuskan lauknya tahu,tempe,telur dan telur puyuh dan ikan asin sebagai teman urap,  tapi diolah bermacam-macam masakan,tahu dan tempe bacem, orek(tumis) tempe lombok ijo, tahu kukus, perkedel tahu, dan telur puyuh ceplok bumbu bali pedas.Sedang telur rebus dan telur puyuh rebus untuk membuat hiasan berbentuk ayam.Sehingga mbak Lilik yang menawarkan untuk membelikan daging puyuh matang terpaksa kami tolak. Kami berbagi tugas, Bu Nur masak nasi dan sayurnya, aku masak lauk, Bu Anies bagian menghias tumpeng. Malamnya kami cek semua siap, persiapan untuk besok pagi.
Pagi Aku datang ke tempat Bu Nur. Bu Anies sudah sibuk mempersiapkan hiasan, aku ikut nimbrung. Tak lama Bu Rodhli datang dengan produk susu kedelainya yang aman,alami dan murah, juga buah-buahan. Saat kami bingung bagaimana caranya mengangkut tumpeng ke balai desa, karena kalau dibawa memakai sepeda motor bisa ambyar di jalan, Bu Yun datang menawarkan mobilnya, kebetulan Pak Sayuti yang sedang sibuk membenahi kolam bersedia mengantar. Alhamdulillah, satu persatu kendala teratasi, karena waktu begitu cepat berlalu.Tumpeng siap dibawa ke kantor desa, Bu Rodhli yang baik hati bersedia memangku tumpeng yang beresiko megal megol terkena gerakan jalannya mobil. Aku mendampingi di sebelahnya sambil menyangga piring buah. Alhamdulillah, akhirnya tumpeng sudah duduk manis di meja nomer 4 dengan piring buah dan rangkaian bunga yang cantik. Bu Anies yang menyusul melengkapinya dengan segelas susu kedelai dan segelas air putih.
 Kira-kira jam 10.00 wib acara dimulai,dibuka oleh pembawa acara dan dilanjutkan sambutan dari Bu Lurah yang berharap semua peserta menang. Acara sempat molor satu jam dari jadual karena memberi toleransi pada peserta yang mungkin telat sambil membenahi yang masih kurang. Mas Ryan, sebagai ketua pokja memberi sambutan dan menjelaskan sedikit tentang pertumpengan, bahwa sebaiknya untuk tumpeng perayaan warnanya kuning, karena merayakan hari ibu ya segala sesuatunya berhubungan dengan ibu, berbentuk kerucut yang melambangkan kesejahteraan dan letaknya di tengah. Sedang tumpeng nasi putih menggambarkan sesuatu yang spiritual. Hahay....tumpeng RT kami sudah langsung kalah 2 set,  sebab tumpeng kami terdiri dari kombinasi nasi dan tiwul, serta terletak di pinggir. Aku hanya tersenyum. Sebab kami memang tidak terlalu berharap menjadi juara, jika melihat tumpeng-tumpeng peserta lain yang kuning kuning dan cantik-cantik. Semoga Juri juga mempertimbangkan tumpeng kami yang menyentuh hati ibu banget karena kutulisi Aku sayang(dengan bentuk cinta/hati) ibu, meski warnanya tidak kuning, sebab menghargai ibu tidak harus dengan perayaan, tapi mengungkapkan rasa sayang dan cinta kepada ibu lebih menyentuh hati dan berkesan (ngelesssss.....:-). Tiwul dan nasi putih yang menggambarkan ketahanan pangan, sekaligus seorang ibu yang berada dalam keprihatinanpun tetap mengutamakan spiritualitas, lagian meski nasi tiwul sawo matang penampilannya tetap cantik :-). Letaknya di pinggir menggambarkan kemuliaan hati ibu yang rela meminggirkan diri untuk memberi kesempatan pada anak-anak dan suaminya meraih kebahagiaannya, karena seorang ibu akan ikut bahagia kalau anak-anak dan suaminya bahagia ( ngeles lagiiiii....:-)
Pembukaan diakhiri dengan doa oleh bu Modin.

Penjurian dimulai, lumayan membuat ngantuk menunggu penjurian dan menanti tumpeng kita dinilai. Ada yang membuatku gembira, karena bertemu teman lama sewaktu mengikuti THL PP di Malang, berangkat bersama dari madiun dan berjuang bersama mencari penginapan dan mengikuti seleksi bersama, Mbak Siti, ternyata beliau menjadi juri. Jadi malu, kok aku sampai lupa, pengin ngobrol sebenarnya, tapi waktu dan tempatnya belum pas, hehehe....

Aku bersama Bu Anies, Bu Yun dan Bu RT pulang duluan karena sudah hampir jam 13.00.Tapi masih ada Bu Modin yang bisa mewakili RT 11.
 Ternyata betul-betul mukzijat, mungkin ini atas doa semua ibu-ibu RT 11 dan mungkin bapak--bapaknya juga tumpeng kami mendapat juara 3. Alhamdulillah, semoga menjadi penyemangat dan motivasi ibu-ibu yang lain agar lain kesempatan bergantian mewakili RT ikut kegiatan serupa, sebab banyak manfaat dari kegiatan ini, ada tips untuk menghindari pemakaian penyedap dan bahan-bahan aditif lainnya seperti pemanis buatan, pengempuk, pewarna buatan, pengembang,dll dari Bu Siti dan menghindari pemakaian tomat sebagai hiasan karena bisa mengundang lalat buah dan cepat rusak dari Bu Khotimah.
Selain itu juga bisa belajar dari peserta lain, juara 1 yang menghias dan membingkai rincian anggaran membuat kita sadar pentingnya managemen keuangan dalam keluarga, bertanggung jawab mengelola anggaran,anggap uang kita hanya 50 ribu, tidak ada uang lain. Anggaran konsumsi harus disesuaikan dengan budget, kalau perlu masih ada sisa tapi tetap bisa menyediakan gizi yang cukup dan berimbang. Jangan terlalu ngirit, tapi juga jangan sampai tekor karena bisa membuat kita terlibat hutang kalau melampaui anggaran.
Sedang juara 2 sangat inspiratif sekali karena dengan tongkol seharga 5 rb bisa disulap menjadi hidangan rolade tongkol dan sate lilit tongkol sebanyak itu yang terlihat yummi dan elegan, coba kalau ibu-ibu yang malas, pastilah cuma dapat sekeranjang tongkol isi 2 yang banyak durinya.

Di akhir acara tumpeng yang sudah menjadi milik panitia diperbolehkan dinikmati para peserta, boleh menikmati tumpeng yang dibuat peserta lain. Aku sempat mencicipi urap temu kunci yang rasanya eksotik, seumur hidup baru kali ini bisa merasakannya. Enak!
Last but not least, kerja panitia patut diacungi jempol. Mensuport dana, menyediakan dorprize, mengedukasi peserta khususnya ibu-ibu, dan semuanya...Hanya sekedar usul dan saran, kalau mengadakan acara serupa, mungkin perlu ditentukan tumpengnya ditujukan untuk berapa porsi. Maturnuwun dan jempol buat para panitia, juri dan peserta. Juga terima kasih dan 2 jempol untuk RT 11 atas kekompakannya....

Jumat, 18 Oktober 2019

Cowok Blacksweet


Courtesy madjongke.com

Aku dan Mia asyik cekikikan sambil memegangi perut. Si Alas Purwo, yang jadi bahan tertawaan kami hanya mendelik sebal. Sudah hapal dengan keisengan kami. Cowok keling itu menulis sambil berdiri, sebab kalau sambil duduk, tangannya tak bisa menjangkau buku tulisnya.  Entah mengapa, badannya bisa sekecil itu, sehingga dengan bangku-bangku kayu jati yang berukuran besar peninggalan jaman kolonial ini, dirinya semakin ”tenggelam”.
”Mas Pur, pinjam penghapusnya!” Mia kumat isengnya. Kami memang biasa memanggilnya Mas Pur, meski posturnya yang kecil mungil harusnya justru kami panggil Dedek.  Mas Pur mendelik sebal. Tak bermaksud sedikitpun untuk meminjamkan penghapusnya.  Mia tak menyerah, direbutnya penghapus karet itu sampai menimbulkan kericuhan. Bu Win guru kesenian kami melotot.
”Ini,Bu.  Purwono mencubiti aku, jadinya kubalas”, Mia menjawab sekenanya membalas tatapan gusar Bu Win. Tentu saja Mas Pur mencak-mencak.
”Huhuii....cubit-cubitan,Oii ! ” Ada yang nyeletuk,
”Senggol-senggolan,ooiii....!” ada yang nambahin lagi. Membuat suasana semakin kacau balau.
”Sudah...diammm!!! Bu Win memukulkan penggaris satu meteran ke  whiteboard . Membuat kelas kembali hening.  Mia melelet-leletkan lidahnya ke arah Mas Pur yang mendelik murka. Aku hanya tertawa tertahan memegangi perut.  Aku heran, kenapa Mira seneng banget ngisengin Purwono, alias Si Alas purwo,alias Mas Pur.
Pagi itu aku dan Mia duduk di bangku depan kelas, asyik mengamati teman-teman kami yang mulai berdatangan. Dari yang diantar pakai mobil mewah, yang naik angkot, yang jalan kaki, sampai yang bersepeda onthel. Tetapi tidak ada yang bersepeda motor, sebab kami masih kelas VIII alias kelas 2 SMP, belum boleh mengendarai kendaraan bermotor.  Dari kejauhan aku melihat pemandangan yang menggelikan. Seorang cowok mungil naik sepeda kumbang setengah nggak nyampai. Dia duduk di atas sadel, tapi kakinya tak sampai menginjak pedal. Pedalnya dihempas dan berputar, kemudian dihempasnya lagi kalau sudah sampai dijangkauannya kembali. Lucu banget.
”Mia, Mas Pur datang Mia!" Aku menggoyang-goyang tangan Mia yang lagi asyik ngecengin cowok tetangga kelas.  Rambut Mia langsung tegak, eh..maksudnya wajah Mia langsung sumringah. Merasa mendapatkan  sasaran keisengannya. Mas Pur sudah terlihat grogi melihat aku dan Mia, cewek-cewek ”preman kelas” lagi mencari mangsa.
”Mas Pur...Aku padamu....! I lu v U pull. Muahh.....!!!” Mia kumat gokilnya. Seolah dirinya betul-betul naksir pada Mas Pur, padahal  nggak banget lah!
Mas Pur grogi tapi sewot, dipandangnya Mia sambil ingin dikatakan sesuatu, tapi apes betul Dia, lupa menghempas pedalnya, laju sepeda tak terkendali, padahal sudah sampai dekat parkiran, maklum kelas kami paling ujung, hanya beberapa meter dari tempat parkir. Dan...
 ”Gubrakk!!!! Mas Pur jatuh dengan sukses, untung di atas gundukan pasir, jadi tak menimbulkan cedera yang berarti. Mia malah ngakak-ngakak tanpa kasihan.  Mas Pur bangun sambil bersungut-sungut, wajahnya yang hitam memerah saking marahnya, ditambah tengsin berat sama Mia ,aku hanya tersenyum, bingung mau ngapain. Bowo ketua kelas kami yang baru datang segera menolong Mas Pur.
”Awas ya...nanti kalau  Purwo sudah sunat pasti lebih tinggi dari kamu-kamu semua.  Cewek kan kodratnya berbadan lebih kecil dari cowok,” Bowo bermaksud membela Mas Pur, tapi dasar Mia gokilnya agak kelewat, bukannya berhenti menggoda malah semakin menjadi-jadi.
”Ooooo Mas Pur belum sunat to? Wah..belum sunat aja sudah sekecil ini, jangan-jangan kalau sudah sunat semakin kecil dan menghilang,” Ha.ha.ha...Mia semakin terbahak-bahak. Nggak sopan banget tuh anak.  Untunglah bel segera  berbunyi. Sehingga kericuhan itu terhenti, Mas Pur masuk kelas sambil menyilangkan jarinya di atas kening sambil menatap Mia sebagai isyarat kalau Mia dianggapnya tak waras. Ternyata pede juga tuh anak.

Aku dan Mia sama-sama kurang suka pelajaran berenang. Di samping harus berbikini ria di kolam renang sehingga memperlihatkan putih dan mulusnya kulit, kami juga sama-sama kurang suka masuk ke air. Apalagi Mia yang malas mandi (Piss...Mia!!) . Dan alasan yang paling utama, kami tak bisa berenang. Ini membuat kami terlihat bego,  sungguh-sungguh merupakan siksaan yang berat bagi kami.  Pak Aries guru renang kami berteriak-teriak memberi pengarahan pada kami tentang cara-cara berenang. Mas Pur tertawa mengejek melihat aku dan Mia hanya berendam di pinggiran kolam. Kali ini dia merasa berada di atas angin.  Dengan pongahnya dia naik ke papan luncur yang tinggi, lalu salto masuk ke kolam yang dalam, kemudian menyembul dan berenang ke tepi kolam renang. Lidahnya menjulur-julur ke arah aku dan Mia, mengingatkanku pada pleky, anjing tetangga sebelah yang lagi kelaparan.  Mia geregetan, tapi betul-betul mati kutu.  Aku dan Mia tak berkutik terdiam di pinggiran kolam.  Mas Pur semakin menjadi-jadi. Ia kembali naik ke papan luncur, ingin memamerkan kehebatannya, sombong banget dia. Tapi tiba-tiba terdengar suara Pak aries menggelegar,
” Pur,..renangmu itu gaya sungai, jangan dipamerkan di sini! Dengar dulu penjelasan Bapak, biar kamu bisa berlatih renang dengan benar,..”
”Ha.ha.ha..!”.kali ini aku dan Mia bisa tergelak, sementara teman-teman yang lain berteriak Huuu.....!” pada Mas Pur. Mas Pur yang terlanjur kepedean jadi grogi. Badannya yang siap terjun dari ketinggian papan luncur jadi oleng, dan....pretttt!!!!! Celana kolornya nyangkut di papan luncur, tapi Mas Pur berhasil terjun bebas masuk ke kolam, dan lama tak menyembul-nyembul. Aku dan Mia semakin  terbahak-bahak sampai  air kolam terasa hangat, serasa ada sesuatu yang mengalir deras dari celana renang kami, sampai ter pipis-pipis. Bahkan air matapun sampai keluar saking gelinya. Mas Pur menyembul di pinggiran kolam, tapi Aku dan Mia yakin, dia pasti nggak bakalan berani naik ke atas. Rasain Lu...ha.ha..ha.....!!!

”Ha.ha..!”.Aku dan Mia terbahak-bahak mengingat cerita 5 tahun yang lalu.  Senang sekali kami bisa bertemu setelah kami berpisah selama 3 tahun karena melanjutkan ke SMA yang berbeda. Kali ini kami bermaksud mendaftar ke universitas yang sama. Kulihat Mia penampilannya tidak secuek dulu. Rambutnya sedikit dipanjangin. Manis juga sebenarnya temanku ini. Sementara aku masih seperti dulu , nyaris tak ada yang berubah.
”Mia..!” Aku menyikut lengan Mira yang sedang ngantri pengembalian formulir pendaftaran mahasiswa baru.  Mia mendelik karena lagi asyik  ngedengerin musik dari headset hapenya. Aku mengerlingkan mataku ke arah seorang cowok yang dari tadi sepertinya mengamatiku sampai membuat aku risih.  Mia menengok ke arah kerlingan mataku.
”Lumayan...bisik Ma. ”Black sweet,” lanjutnya lagi. Aku gemas. Peduli amat mau black sweet apa blek bodhol. Aku cuma sebel saja  menyadari kalau dari tadi matanya melotot ke arahku. Ingin rasanya kuculek aja biar kapok. Lha ini Mia malah tertarik. ”Huh..!” tambah sebel saja aku jadinya.
”Kok sewot, sih..”Mia menatapku aneh. ”Kamu juga naksir yaa?? Mia tambah meledekku. Aku semakin keqi.
’Ambil gih,” gerutuku kesal. Mia ter bahak, membuat beberapa pasang mata menengok ke arah kami. Mia cepat-cepat menutup mulutnya. Sudah agak mengerti sopan santun juga dia rupanya. Tiba-tiba cowok itu sudah mengantri di depan aku dan Mia .Sungguh-sungguh tidak gentleman. Main serobot saja.
”Sorry, kalian kebanyakan heboh sih, jadi aku duluan,” cowok itu tersenyum penuh kemenangan,membuat aku dan Mia rasanya ingin menghajar tuih cowok sampai babak belur, untungnya petugas loket pengembalian formulir segera menyuruh kami maju. Cowok itu tersenyum mengejek setelah urusannya selesai. Aku dan Mia pura-pura cuek, padahal kalau tidak menyebalkan senyum tuh cowok manis juga. Alamak...!!Jangan-jangan cowok itu sudah menghipnotisku kok tiba-tiba aku jadi memperhatikannya. Sialan betul.

Petugas dan pengawas ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri sudah datang. Aku dan Mia berdoa dalam hati. Semoga soal-soalnya bisa kami kerjakan dengan mudah, sedang peserta yang lain tidak ada yang bisa, sehingga kami bisa diterima.  Hemm..doa yang betul-betul egois. Tapi untuk urusan nasib terkadang kita memang harus egois. Aku duduk bersebelahan dengan Mia, sebab nomor pendaftaran kami berurutan. Bangku di sebelahku kosong. Tiba-tiba ada seorang cowok tergesa-gesa duduk di sebelahku. Oh my God..Si tengil itu ternyata duduk di sebelahku. Apes bener nasib awak. Meski terlambat, cowok itu duduk dengan tenang dan santai. Kepedean banget deh. Gayanya sok pinter lagi.  Tapi, kalau betul-betul pinter, lumayan juga nih cowok, bisa dimanfaatin.
Aku dan Mia kasak kusuk. Banyak soal-soal yang belum bisa kami kerjakan. Aku melirik lembar jawaban cowok tengil itu. Lumayan, ada yang sudah dikerjakan. Segera saja kusalin dalam lembar jawabanku. Cowok itu mencibir, tapi aku tak peduli, yang penting Aku bisa mengerjakan soal-soal tes ini, dan Mia tentu saja, karena Mia bisa langsung melirik lembar jawabaanku. Cowok itu selesai duluan.  Aku dan Mia berpandangan, tepat ketika cowok itu berlalu, kami mencium bau tak sedap. Bau telur busuk. Aku dan Mia reflek menutup hidung. Sialan banget tuh cowok, sudah sombongnya setengah mati, ninggalin kentut lagi. Betul-betul tak tahu sopan santun. ”Ganteng-ganteng, jorok..!” Mia menggerutu. Aku jengkel campur geli. Nih cowok betul-betul mengganggu konsentrasiku.

Akhirnya tes seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri itu usai. Aku dan Mia bernafas lega. Saat ini Aku sedang menyantap nasi pecel kesukaanku, sementara  Mia lebih suka memilih soto ayam.
”Tahu nggak Tik, aku heran...kayanya tuh aku kenal banget sama cowok tengil tadi. Seperti ada chemistry gitu...”
”Hah...yang bener saja!” Aku hampir tersedak. Kok bisa-bisanya Mia tertarik sama cowok nggak nggenah kaya gitu.
”Nggak tahu ya Tik, kayanya tuh cowok tipe aku banget, Hitam manis,  cuek, nggak macho-macho amat sih...tapi ganteng deh. Ditambah otaknya encer,..
”Dan kentutan....!~” Aku melanjutkan dengan sebal. Melihat cowok itu kemarin memandangku dengan tatapan kurang ajar saja sudah membuat aku eneg. Kok bisa-bisanya Mia tertarik sama cowok nyebelin itu. Jangan-jangan sudah kena pelet tuh anak. Aku merasa Mia jadi aneh, apa selama tiga tahun ini Mia telah berubah? Ah..aku jadi puyeng sendiri, mungkin dunia sudah jungkir balik.
 ”Hai,...!” Tiba-tiba cowok tak tahu malu itu sudah nyelonong di meja kami. Aku melotot saking kaget nya, sementara Mia malah tersenyum girang , persis kucing disodori ikan asin. Oh My God....cowok ini betul-betul seperti  kutu rambut yang menempel ke mana saja  kepalaku dan kepala Mia bergerak.
Aku pasang tampang galak, tapi cowok itu cuma cengar cengir saja, seolah sengaja menggodaku. Celakanya, kayaknya nih cowok malah lebih tertarik padaku daripada pada Mia yang kesengsem berat padanya. Gawat. Aku harus cari akal. Untung di saat genting seperti ini otakku mau diajak kompromi.
”Mia, aku ke toilet dulu sebentar ya..!” Tanpa menunggu jawaban Mia aku langsung ngacir, cowok itu sengaja tak kupamiti, biar dia merasa kalau aku sama sekali tak suka pada kehadirannya. Meski ada rasa nggak enak juga ketika sekilas kutangkap raut kecewa di wajahnya yang tiba-tiba mengingatkanku pada seseorang yang kukenal, tapi entah siapa. Hii..kok aku jadi ikut-ikutan merasa dekat dengan cowok itu. Pasti aura peletnya sudah ikut mempengaruhiku. Sorry ya..aku nggak mempan sama yang begituan. Huh..kok jadi ngelantur.
Lega rasanya bisa  bebas dari makhluk menyebalkan itu. Biar saja Mia tertarik sama cowok itu, yang penting kalau betul-betul jadian jangan ngajak aku dekat-dekat. Hmm ....Bingung juga aku ke toilet tanpa tujuan. Tapi tak ada salahnya kalau aku merapikan rambutku. Kutatap wajahku di cermin. Kok masih tetap jelek ya..padahal aku sudah tersenyum semanis mungkin. Ups..malah jagi kayak orang gila senyum-senyum sendiri. Akhirnya aku keluar dari toilet, aroma urin membuat aku ingin muntah. Dari kejauhan kulihat Mia duduk sendiri. Ngacir ke mana tuh cowok, jangan-jangan dia sudah ngecewain Mia dengan meninggalkannya begitu saja, karena sebenarnya yang diincar aku.  Duh..ngelantur lagi. Siapa yang mau sama cowok kayak gitu. Hii....
”Tika...cepetan sini..!” Mia tak sabar melambai ke arahku yang berjalan gontai. ”Ada apa sih?” Penasaran juga melihat Mia terlihat sangat bahagia.
”Aku barusan bertukar nomer hape,” Mia merem melek saking senengnya.
”O ya?” Pertanyaan yang bego, sebab sebenarnya aku sama sekali tak tertarik. Hanya untuk menjaga perasaan Mia saja aku pura-pura ikut seneng.
Tiba-tiba hape Mia mengeluarkan sinyal kalau ada SMS yang masuk. Tapi nama pengirimnya Want No.
”SMS dari Dia.!”  Mira menjerit histeris. Huh..baru di SMS saja kayak dapat undian milyaran. Memangnya gitu ya orang yang lagi jatuh cinta? Aku bergumam dalam hati.
”Kita buka bareng-bareng Tik,..!” Mia mendekatkan layar hapenya kepadaku, sehingga aku juga bisa membaca SMS yang masuk.Kulihat tangan Mia gemetar, mungkin saking deg-deg-annya. Ternyata isinya pendek saja. Kualat Loe waktu SMP suka ngisengin gue.  Poer want no.
”Mas Poerrr....!!!!!! Aku dan Mia berteriak kaget, seolah baru saja mendapat pukulan telak dan jatuh KO terkapar di tengah ring tinju..........


Senin, 14 Oktober 2019

Botok tongkol suir tanpa daun


 Botok adalah salah satu kuliner khas jatim. Biasanya botok terdiri dari lombok hijau, tomat hijau, tempe, teri,belimbing wuluh, tempe, macam- macam sayuran seperti kacang panjang, pare welut, kemangi,  dll.
Lazimnya, botok dibungkus daun dengan cara ditum dan dikukus, tapi kebetulan hari ini saya lupa membeli daun pisang, jadi saya putar otak agar botok yang sudah terbayang dalam angan saya tetap bisa saya wujudkan tanpa harus kembali ke pasar untuk membeli daun yang itupun belum tentu ada. Akhirnya saya mempunyai ide untuk mencetak botok saya, tapi tentunya dengan  sedikit bahan tambahan agar botok saya mempunyai daya rekat. Tentunya kwlapa yang terpakai harus kelapa yang relatif masih muda, sehingga rasanya lebih lunak, sedikit manis dan mudah merekat atau bersatu.
Untuk mamah mamah, ibu ibu, emak-emak, bunda-bunda yang ingin resepnya, silakan cekidot :
Siapkan cetakan apa saja yang bunda punya yaaaa....
Resep Botok tongkol suir tanpa daun :

Bahan :
1. 200 gr tongkol, disuir2. 
2. 1 butir kelapa, diparut.
3. 1 papan tempe 8x4x3 cm, potong dadu kecil
4. 1 buah tahu +- 8x5x4 cm, haluskan, sisihkan.
5. 5 mata pete, potong kecil.
6. 5 buah kacang panjang, iris kecil2.
7. Segenggam kemangi.
8. 1/4 buah mangga muda(secukupnya), serut kecil.
9. 10 buah cabai hijau potong kecil.
10. Telur 1 butir.
Bumbu yang dihaluskan
1. 3 siung bawang putih
2. 5 butir bwg merah
3. sesendok makan garam
4. 1 sendok mkn gula pasir, kl syka manis bs 2 sdk mkn.
5. Satu ruas jari kencur
6. Satu ruas jari temu kunci
7. Kl suka pedas bisa ditambahkan lg lombok rawit, bisa dihaluskan, bisa dipotong kecil-kecil.
8. Bisa ditambahkan kaldu bubuk 1 sachet, tapi takaran garamnya dikurangi, kira2 separuhnya.
Cara membuatnya :
1. Haluskan bumbu bumbu yang harus dihaluskan.
2. Campurkan semua bahan sampai tercampur rata.
3. Masukkan dlm cetakan sambil sedikit ditekan supaya membentuk.
4. Kukus dlm kukusan yg airnya sdh mendidih kira-kira 30 menit.
5. Keluarkan dari kukusan, dan keluarkan dari cetakan. Botok siap dinikmati. Nyam2.....


Sabtu, 28 April 2018

Harimau Hutan Baluran





Elf berplat kuning itu terseok-seok menembus jalan di tengah belukar dan pepohon yang tumbuh bebas nyaris tanpa campur tangan manusia.Melihat komposisinya, jalan ini pernah beraspal, tapi sekarang sudah nyaris tak berbentuk. Kubangan di sana sini,menyisakan air hujan yang masih tergenang, mungkin kemarin sore, entah tadi malam hujan, membuat keadaan jalan memprihatinkan, kalau tidak boleh dikatakan mengerikan. Apalagi tadi sebelum memasuki kawasan hutan lindung dan suaka margasatwa ini, pak sopir sempat resah, berkali-kali mengamati roda mobilnya, tepat di bawah tempat dudukku. Sejenak kucoba mengamati panorama di sepanjang jalan untuk mengusir rasa tak nyaman yang diam-diam menyelimuti perasaanku. 'Wow....!' Aku berdecak kagum, seekor unggas berbulu biru terang dengan kulit leher dan kepala gundul berwarna merah terang tertangkap mataku. Saat elf melintas, unggas liar itu terbang, membuatku yang semula mengira itu jenis ayam, melihat bentuknya mirip ayam kalkun, cuma warna bulu dan tubuhnya jauh lebih indah. Ketika burung itu terbang, aku jadi berpikir, mungkin itu sejenis burung. Sayangnya aku tidak bisa berlama-lama mengamati burung itu yang sudah terbang ke dalam rimbunnya pohon dan belukar. Elf yang kunaikipun tetap melaju pelan, terseok-seok di jalan becek tak rata, sesekali berhenti jika berpapasan dengan mobil lain. Tak kulihat lagi satwa aneh atau langka, hanya semak dan pepohon yang daunnya basah tersiram hujan, membawa aura lembab yang dingin dan acuh. 'Braak!'...suara pintu mobil dibuka dan ditutup kembali mengagetkanku dari lamunan. Pak sopir meloncat turun dan mengamati ban, tepat di bawah tempat dudukku, dan tanpa berkata apa-apa dia mengganti kemejanya dengan kaos lengan panjang dan mengeluarkan alat-alat montirnya. 'Oh God, what's wrong? Penumpang elf turun satu persatu. Aku masih terpaku, turun di tengah hutan seperti ini bukanlah keputusan yang mudah, apalagi dalam kondisi lembab dan basah seperti ini, pastilah binatang melata yang membuatku phobi sedang menikmati kenyamanan 'mlungker' di kerimbunan vegetasi, kalau tiba-tiba meluncur dari pohon dan mendapatkanku, bisa pingsan aku. Hiii..... Tapi semua penumpang turun, dengan sedikit ragu aku mengikuti. Di luar ibu-ibu sudah asyik berswafoto, maupun beramai-ramai foto dengan pose-pose unik dan lucu. Kebetulan ada buk jembatan kecil yang bisa kami pergunakan untuk tempat duduk. Anak-anak mengambil camilan dan minuman, ibu-ibu asyik ngobrol dan berfoto, bapak-bapak membantu pak sopir mengganti ban. Sempat kulirik sebentar ban pengganti yang tak beda jauh dengan ban yang gembos. Meski tak yakin, aku pura-pura acuh sambil asyik mengetuk-ngetuk ponselku. Membayangkan perjalanan melintasi medan lumayan berat dengan penumpang penuh seharusnya membutuhkan suku cadang prima. Tapi.....ah,sudahlah. Lebih baik mendoakan semua baik-baik saja daripada memikirkan hal-hal yang membuatku tak nyaman. Aku asyik menekuni ponselku, sampai tak sadar penggantian ban sudah selesai. Aku mendongakkan wajah, dan siap memasukkan ponselku ke dalam tas, tetapi.....Ya Allah ya rabbi. Apa yang kulihat, semak-semak di depanku, dalam jarak 50meter, bergerak-gerak. Sementara hutan yang tadinya ramai dengan suara burung dan mungkin teriakan siamang mendadak sepi, sunyi,hening. Aku tercekat, sepasang mata bersinar tajam seperti siap menembus dan merobek-robek jantungku. Pelan-pelan kumis dan moncongnya semakin jelas, berjalan gontai, tapi tatapannya tajam menghunjam, pelan dan pasti mendekatiku. Tubuhku kaku membatu, keringat dingin mengucur, nyawaku nyaris mental ke alam barzakh. Otakku mampet, mataku melotot, tak beda dengan orang yang sedang mengalami sakaratul maut. Bulu kudukku meremang tak karuan, apalagi, dari kanan kiri kucing besar itu, kembali nampak loreng-loreng yang biasanya hanya kulihat di taman safari atau di kebun binatang. Ya, tiga. Tiga ekor kucing besar yang kelaparan tepat di depanku. Berjalan pelan tapi pasti, dengan bola mata berkilat-kilat dan taring-taring tajam diikuti lidah menjulur yang terus terus meneteskan air liur. Membayangkan tubuhku yang empuk dan jusi, pastilah menjadi hidangan yang maknyusss bagi carnivora-carnivora yang kelaparan itu. Otakku sudah buntu, tapi kesadaran dan keimanan menuntunku untuk beristighfar dan pasrah, berharap saat ini sukmaku lebih dulu melayang sebelum predator-predator itu mengkoyak-koyak dagingku yang empuk. Jarak mereka semakin dekat, tubuhku menggigil sendiri tanpa mampu kukendalikan, pelan-pelan kupejamkan mata dan mengambil nafas sebanyak-banyaknya, menikmati kebebasan terakhir untuk bernafas. Ggghhhrrrrrr.....ketiga pemangsa itu melompat berbareng ke arahku dengan taring dan cakar yang tajam bak belati, siap menancap di kelembutan dagingku.. 'Deeeeek....!'cepat sudah ditunggu teman-teman, kok masih main HP aja. Suamiku meneriakiku dengan garang, karena semua anggota rombongan sudah duduk manis di elf yang sudah selesai diganti bannya. Cepat-cepat kutamatkan cerpenku, dan kusimpan di draft. Kapan-kapan kuunggah kalau aku mau.

Halimun di Bukit Menoreh


Subuh baru saja berlalu, titik-titik embun masih setia merangkul dedaunan. Kulangkahkan kakiku menikmati dinginnya angin pagi. Kuhirup oksigen penuh kenikmatan, pelan2 sang mentari menyembul di balik bukit nun jauh di sana. Bukit biru menghijau yang membentang sepanjang purworejo-yogyakarta, selalu membuatku terkesima. Entah sudah keberapa kalinya aku mengunjungi kampung halamanku, kota bukit menoreh, kota kelahiranku, kota yang lebih dari separuh umurku setia mewarnai hari-hariku.
Hangatnya mentari memperjelas wajah menoreh, kuhentikan langkahku, kuhempaskan pantatku di atas aspal pinggir jalan, dengan kaki menjuntai di atas sawah yang menghijau. Menatap bukit menoreh selalu membuatku ingat akan kamu, salah satu kenangan indah yang tersimpan rapi dalam kalbu. Bukan kenangan menoreh dan kamu. Bukan! Sama sekali bukan! Kamu sama sekali tidak ada hubungannya dengan bukit menoreh, karena bagiku kamu adalah halimun, yang nyaris tak mungkin menyelimuti bukit menoreh. Bukit terlalu rendah untuk mengundang halimun datang menyelimutinya, tapi bagiku kamu adalah halimun di bukit menoreh, tak ada yang melihatnya, tapi aku bisa merasakannya, menyelusup diam-diam ke dalam relung hatiku. Aku bisa merasakannya, dingin mendebarkan, memberikan rasa asing yang indah, membuatku melayang, sejenak melupakan kehidupan.
Bukit menoreh tidak ada hubungannya dengan kamu. Justru itu yang membuatku nyaman mengingatmu. Mengingatmu adalah malu. Yah....malu. Rasa itu yang mencengkeramku, menuntunku untuk selalu menghindarimu. Bahkan menyebut namamupun tabu. Aku malu! Aku tak ingin ada orang yang tahu kalau aku menyukaimu, apalagi kamu!
Mengingatmu membuatku ingat masa kecilku yang lucu. Gemuk,bulat,putih, galak. Ahayyy....kanak-kanak dengan keakuan yang besar. Ingin selalu menang, tak peduli aku perempuan. Di sekolah, jabatan yang paling kusukai adalah menjadi ketua kelas, jika aku menjadi wakil, tetaplah ketua kelas harus patuh padaku. Kalau upacara, aku memilih jadi pemimpin upacara, di pramuka, aku jadi ketua barung dan di tingkat lebih tinggi jadi ketua regu. Tapi bukan! Kamu bukan kenangan masa kanak-kanakku. Tapi justru itu yang membuatku nyaman menuliskan masa kanak-kanakku, karena tidak akan ada yang tahu tentang kamu. Tidak ada yang tahu kalau diam-diam aku menyukaimu. Iya...kamu!
Kamu adalah kenangan masa remajaku, abegeh, kata kid jaman now. Masa di mana jiwa kelelakian mendominasi keperempuanku. Aku tak mengerti kenapa dulu aku menganggap 'jatuh cinta' adalah aib. Sehingga perlu disembunyikan rapat-rapat. Meski sebenarnya aku tak paham apa itu jatuh cinta. Mungkin bagiku, cinta adalah suka. Suka karena kehebatannya, kegantengannya, atau suka karena prestasinya. Yang lebih parah lagi, saat itu dicintai oleh anak yang tidak kucintai kuanggap sebuah penghinaan, sehingga pernah ada seorang anak laki-laki yang mengirim surat untukku. Surat cinta katanya, langsung saja suratnya kurobek tanpa kubaca, dan anaknya kutantang duel. Aku geli sendiri kalau ingat itu, kenapa masa remajaku begitu aneh,rumit dan lucu.
Ini tentang kamu, iya...kamu! Kamu bukan idolaku. Kamu bukan orang pertama yang kusukai. Dan kamu juga bukan orang yang kusukai sejak pertama kali bertemu. Menyukaimu adalah proses panjang yang pelan dan tak pasti. Menghembus diam tak berwujud seperti halimun di bukit menoreh. Aku begitu takut mengingatmu, mengingat satu persatu kenangan yang diam-diam terajut. Aku takut dan malu, takut dan malu kamu tahu, kalau yang diam-diam kusukai adalah kamu. Iya kamu!!!!
Terkadang aku tahu, diam-diam kamu juga menyukaiku. Setiap kali kita berpandangan dan sama-sama tersipu malu. Tapi hanya sebatas itu, karena aku malu kalau ada orang lain yang tahu. Kamupun begitu (perasaanku). Masa-masa indah itu adalah rasa bahagia yang aneh. Membuatku ingin lama-lama bersamamu. Rasa wajar yang berubah menjadi 'sesuatu'. Rasa wajar yang pelan dan tak pasti mewarnai hari-hari kebersamaan kita.
Ah....tidak.tidak.tidak! Aku tak ingin mengurai kenangan itu satu persatu. Aku tak ingin kamu tahu, kutak ingin ada orang lain yang tahu. Aku malu....
Huppp....! Seekor katak melompat ke atas kakiku. Membuatku terperanjat, untung aku tak kehilangan keseimbangan dan tersungkur ke sawah. Tentunya itu akan membuatku punya satu kenangan lagi untuk mengingatmu, dan tanpa takut kamu akan tahu. Aku tersenyum. Mengingatmu selalu lucu. Tatapanmu yang takut-takut dan malu semakin tergambar jelas di depanku. Ah....aku tersenyum lebar, menyadari kenaifanku.
Bukit menoreh mulai berubah biru disiram cahaya jingga. Panas surya mulai membelai kulitku. Aku beranjak dari duduk. Anak-anak dan suamiku pasti sudah ribut minta dibuatkan sarapan. Bukit menoreh tersenyum menatapku, tidak ada halimun di sana. Dan tidak akan pernah ada halimun, ketika kamu bisa melihat dan merasakan ada halimun di sana, maka aku akan bilang, di bukit menoreh tidak pernah ada halimun, karena kutak ingin kamu tahu ada halimun di bukit menoreh, dan yang terpenting, aku tidak ingin kita sama-sama tahu, ada halimun di bukit menoreh, karena itu akan membuatku malu. Sangat malu.......

Minggu, 18 Maret 2018

Menemukanmu




     Matahari menampak semu, mataku berkerjap sayu. Mungkin aku baru terbangun, di sebuah lereng yang serasa tak asing, tapi alam begitu sunyi. Hanya tampak lautan mega, birunya langit, dan semburat jingga. Aku terpesona, berdiri mematung di atas tanah yang tinggi, entah puncak bukit, atau sebatas lereng aku tak tahu, sebagaimana ketidaktahuanku aku berada, sendiri, sunyi, dielus dinginnya angin pagi.
Sejenak aku diterpa ngeri, tapi aku merasa tak asing, di manakah aku? Pelan pelan kulangkahkan kaki, menuruni lereng yang cukup terjal, sesekali ujung kakiku mencengkeram agar tak meluncur jatuh, semak berduri menggores kulot jins longgarku, terkadang nyeri menembus kulit, ujung kulot yang tak dijait tercantol belukar, membuat bentuknya semakin serabutan, aku tak peduli. Pandanganku menyapu jauh, terlihat kepulan asap dan atap atap rumah yang berjauhan, kuterka sebuah perkampungan.
     Semak belukar berganti pepohonan. Kampung sunyi, seorang perempuan tua membakar sampah dan ranting kering, kulihat ada ubi yg tersembul, tp perempuan itu acuh diam membisu, tak mengacuhkanku. Bergeming di depan bara, mengais-ngais entah apa, membuatku urung menyapanya, aku terus berjalan, membisu.
Segerombolan anak ksecil bermain berteriak, tapi mereka tak peduli padaku, aku terus melangkah, membisu, tak tahu mau ke mana. Tiba-tiba di depanku terbentang jalan beraspal, mulus, tapi sunyi, tak jua kendaraan lewat, tiba-tiba ada pikep berhenti di depanku. "Mau kemana?" aku terpana, mulutku terbungkam, kutak tahu mau ke mana, tapi kuingin pulang.
"Naik!" kernet yg duduk di samping mobil tua bak terbuka itu memerintahku. Bagai kerbau di cocok hidung aku sigap melompat ke atas mobil, di belakang, kuselonjor dan bersandar. Pik up melaju kencang dengan mesin meraung dan terseok dalam tanjakan, dab terkadang menurun tajam, berdecit di kelokan membuatku ngeri. 
"Turun,sudah sampai, kami mau mengangkut barang. Kernet itu kembali memerintahku. Aku turun dan kembali berjalan tanpa arah. Tiba- tiba sebuah mulut gua menganga di depanku,  aku terpaku, ternyata aku sudah berada di sebuah tempat yang tinggi, samping kanan kiriku semak belukar, belakangku jurang, depanku mulut goa. Tanpa pilihan aku pelan-pelan menapaki goa, stalagtit dan stalagmit sempat kulihat, di dalam gelap, tapi remang-remang di dalam goa ada banyak obor tertancap. Sunyi senyap, tapi sesekali terdengar suara gema yang membuat bulu kuduk meremang. Aku tak peduli, terus melangkah dalam dunia yang asing dan mistis. Ada sungai kecil mengalir di kegelapan, aku berjalan menyusuri lorong-lorongnya. Terus melangkah, aku tak peduli, kelepak kelelawar, binatang melata yang beringsut diam-diam, entahlah. Aku berjalan bagai robot tanpa perasaan, tidak punya rasa takut, tiba- tiba ada sinar memancar masuk ke dalam goa, ingin kubasahi kerongkonganku dari air yang mengalir di sungai kecil di bawah goa, tapi entah kenapa kuurungkan niatku, dan aku terus melangkah.
     Gubuk kecil itu ada di tepi pantai, di depannya ada seekor naga raksasa menjulurkan lidahnya, dengan taring dan cula di kepalanya, melingkar di sepanjang batu di  tepi pantai. Tapi naga itu diam, bertapa tanpa suara, diam tak bergerak. 
   "Hai, sudah sampai kau rupanya", perempuan itu menyambutku, tersenyum lebar dengan gigi-giginya yang merah kehitaman karena menyusur, dengan tembakau di tangannya, seorang anak kecil yang lucu menubruk dan memelukku, aku terpesona. Ayah ibunya hanya tersenyum, tapi  aku tak kenal, siapa mereka. Aku hanya tersenyum, dab tersenyum, tak peduli di depanku seekor naga menjulurkan lidah dan memamerkan taringnya, dengan cula di kepalanya, di belakangku goa kelelawar penuh drakula penghisap darah, kuambil kamera hpku dari tas punggung yang entah sejak kapan menempel di pundakku. Rumah di tepi pantai itumembuatku bahagia tanpa alasan, entah kenapa, aku sibyk memotret, memotret mereka, memotret rumah itu, memotret goa kelelawar, memotret diriku sendiri, dan memotret kamu.

" Dek, bangun!!! Kok senyum-senyum sendiri, ayo tahajud, suamiku membangunkanku. 
"Mimpi buruk", jawabku sambil tersenyum. Tak kupedulikan suamiku yang heran tak mengerti, dan semoga tidak semakin bingung dan heran, di kameraku ada foto naga bercula, sedang menjulurkan lidahnya, giginya bertaring, dan sedang melingkari batu di tepi pantai......