Rabu, 06 Mei 2009

Sertifikasi guru



SERTIFIKASI GURU
PENGHARGAAN BAGI
PAHLAWAN TANPA TANDA JASA.


“Lha wong pahlawan tanpa tanda jasa, ya gajinya kecil…!” Seorang guru yang duduk di sebelah saya di bis berseloroh seperti itu. Saya hanya tersenyum. “Tapi sekarang kan seneng to Bu, sudah ada sertifikasi,…!” saya membalas selorohnya. “Ya..Alhamdulillah, bisa nabung untuk naik haji,” wajahnya menjadi cerah, dan matanya berbinar. Sertifikasi memang benar-benar memberikan angin segar bagi para guru. Selembar sertifikat dengan tulisan “telah ditetapkan sebagai Guru professional”, dengan tunjangan sebesar 1 kali gaji tentu saja membuat para guru bisa menikmati gaji ke-13 setiap bulan. Sebenarnya penghargaan itu tidak terlalu berlebihan, mengingat berpuluh-puluh tahun guru selalu digambarkan oleh Iwan Fals dalam lagunya “Umar Bakri.
“Umar Bakri..jadi guru jujur berbakti memang makan hati. Tapi mengapa gaji guru
Umar Bakri selalu dikebiri….!
Lebih konyol lagi dahulu tetangga saya PNS bukan Guru, mengadakan syukuran hanya karena naik pangkat ke III/a diikuti dengan peningkatan penghasilan, lengkap dengan terpenuhinya barang-barang mewah yang kemudian dicapainya, padahal bapak saya yang Guru, saat itu sudah III/c, tetapi masih tetap hidup pas-pasan. Kelihatan sekali kesenjangan gaji guru dengan PNS yang lain. Alhamdulillah, sekarang Guru sudah dihargai layaknya PNS yang lain, dengan kenaikan pangkat 2 tahun sekali bagi guru yang berprestasi dan professional melalui penetapan angka kredit. Di samping itu, setelah pensiun, Guru juga mendapat penghargaan dengan dinaikkan satu tingkat pangkatnya seperti pangkat anumerta pada pegawai militer. Jadi tak heran kalau sekarang guru yang berumur 40-an tahun sudah menduduki Gol IV.
Kabar terbaru, DPR menurunkan anggaran pendidikan, karena terjadi kecemburuan social melihat para guru rame-rame naik haji dan berbangga hati. Kabar burung yang masih belum bisa dipertanggungjawabkan ini, tertulis dalam selebaran liar mengatakan, sertifikasi akan dihapus. Waduhh…kok tega banget ya…! Tapi semoga itu hanyalah kabar burung yang merupakan wacana belaka. Meski demikian, semoga banyaknya penghargaan materiil dan non materiil tetap membuat guru rendah hati dan bersahaja, tidak menjadi guru yang meningkat penghasilannya meningkat pula nominal kreditnya di bank, sehingga kehidupannya masih tetap pas-pasan karena gajinya sebagian besar terserap untuk angsuran kredit, diikuti dengan etos kerja yang rendah karena sisa gaji yang untuk hidup sampai tanggal 15-pun tak sampai. Selamat untuk para Guru, semoga tetap menjadi guru yang amanah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar