Minggu, 05 April 2009

ADHD, apaan tuh..????


JANGAN-JANGAN ANAKKU MENDERITA
ADHD
(Attention Deficit Hyperactivity Disorder)



Dulu kuberdoa…Ya Alloh, berilah aku anak yang hebat dan istimewa,
tetapi setelah melihat banyak kehidupan dunia,
Kukembali berdoa,
Ya Alloh, semoga anakku normal dan tumbuh wajar.
(Bunda)




Anak adalah anugerah yang Alloh berikan kepada kita sebagai buah cinta kasih kita dan penerus keturunan. Tapi terkadang kita kurang mensyukuri dan kurang memberikan perhatian pada buah hati kita. Untunglah , dengan pesatnya perkembangan tekhnologi dan informasi, hampir semua orang tua , sangat memperhatikan tumbuh kembang anak-anaknya. Meskipun begitu, ada banyak sekali perlakuan dan pendidikan yang berbeda-beda dari setiap keluarga atau orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Keluarga yang menganut pola pengasuhan barat akan cenderung permisif dan mendiamkan perilaku anak yang kadang kurang sesuai dengan etika ketimuran. Tetapi bagi Umat muslim, seorang anak haruslah dididik sedini mungkin tentang pengetahuan agama, dan tentu saja etika dan sopan santun. Meskipun begitu, namanya anak-anak tetaplah anak-anak. Kemampuan kognisi dan afeksinya masih terbatas, tetapi motoriknya berkembang pesat.Terkadang apa yang kita tanamkan dengan baik akan lenyap dalam sekejap oleh pengaruh lingkungan sekitar, bila tidak kita pantau secara kontinyu.
Dalam suatu acara Silaturahmi bersama dengan Keluarga besar tempat suami bekerja, Saya sangat senang sekali memperhatikan perilaku anak-anak yang diajak dalam acara ini. Seorang anak menangis keras-keras, sementara sang Ibu kerepotan mendiamkan sang balita, padahal acara sedang berlangsung, entah karena usil terus kena cubit atau entah kenapa saya kurang tahu. Ibu-ibu yang lain berbisik-bisik, dari yang simpati sampai yang mencemooh. Saya bisiki Si Ibu untuk membawa anaknya ke luar saja ke halaman belakang rumah tempat kami bersilaturahmi, Alhamdulillah tak lama kemudian tak terdengar lagi tangisannya yang meraung,raung, mungkin dia cuma merasa gerah dan tidak nyaman dengan banyak orang di sekitarnya. Sementara balita lain berlari-lari keluar dan melonjak-lonjak sendiri, sedang orang tuanya kebingungan mengajaknya kembali duduk tenang di dalam. Balita lain lagi menarik-narik tangan ibunya minta pulang. Untunglah acara formalitas segera usai dan acara prasmanan sambil lesehan dimulai. Suasana kembali heboh. Setelah mengambil makan sayapun segera duduk di karpet untuk menikmati hidangan, tapi karena kerudung saya agak miring, piring saya letakkan dan saya membenahi kerudung, tetapi tiba-tiba,..jlekk!!! seorang balita melompati piring saya, disambut tawa dan seruan tertahan dari ibu-ibu(bapak-bapak di luar, duduk di kursi). Saya hanya tersenyum, meski agak keqi juga , semoga tidak ada sesuatu yang rontok ke piring saya. Ibu di samping saya berkata,” Anak ini memang bandel, kalau di rumah juga sering naik meja, berdiri di kursi, dan tak peduli walau ada tamu.” Saya hanya berkata,”Namanya juga anak-anak,Bu!’ Ibu yang lain ikut-ikutan bicara,”Anak sekarang kalau enggak bandel enggak pinter”. Saya hanya tersenyum, tetapi ingatan saya tertuju pada Buku yang pernah saya baca, Deteksi Dini masalah-masalah psikologi Anak yang ditulis oleh James Le Fanu, seorang psikiater dari London, tentang sebuah gangguan perilaku pada anak, yang ternyata juga banyak terjadi pada orang dewasa, yaitu Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), yang menyebabkan mereka mengalami kesulitan untuk bisa duduk dengan tenang dan konsentrasi pada informasi atau kondisi yang sedang dihadapi. Bahkan ada anak yang kalau mempunyai permintaan harus dituruti dan dipenuhi pada saat itu juga. Sehingga menjadi ladang subur bagi iklan-iklan barang konsumtif yang ada di televisi.
Ada sebagian ahli yang berpendapat bahwa perangkat audio visual seperti televisi, video dan game computer sebagai pihak yang bertanggung jawab atas meningkatnya kasus ini. Hal ini dikarenakan visualisasi di mana terjadi perubahan-perubahan gambar dan suara secara cepat menimbulkan rangsangan yang intensif kepada pemirsanya, menjadikan anak-anak terbiasa tidak focus dan membagi-bagi perhatian pada berbagai obyek yang ada di depannya, yang akan memberikan rangsangan yang berlebih pada otak, sehingga semakin banyak anak-anak yang menunjukkan gejala ADHD.
Namun demikian ada pendapat lain yang mengatakan bahwa perilaku ini bisa terjadi karena pengaruh zat-zat aditif yang terlalu banyak dikonsumsi oleh anak seperti pemanis, pewarna, perasa gurih, pengenyal,pelembut, dll. Bahkan ada anggapan yang mengatakan bahwa gula yang dikonsumsi berlebih dapat menimbulkan masalah hiperaktif pada anak, namun menurut Dr. James Le Fanu, ADHD lebih cenderung dipengaruhi oleh factor genetic. Untuk mengetahui apakah anak kita menderita ADHD atau tidak, sebaiknya kita memang harus berkonsultasi pada ahlinya, tetapi sebagai orang tua, tentunya akan lebih baik kalau kita mengetahui tanda-tandanya sedini mungkin, yaitu:
1. Inatentif (tidak memperhatikan) dan distraktif (mudah terusik), dengan perilaku yang ditunjukkan :
· Tidak bisa memberikan perhatian penuh atau mudah melakukan kesalahan karena ceroboh
· Mengalami kesulitan untuk terus menerus terfokus pada suatu pekerjaan, atau bahkan tidak betah bermain pada satu permainan pada saat sedang bermain.
· Tampak tidak memperhatikan dan tidak menghormati ketika diajak bicara
· Tidak bisa mengikuti petunjuk atau arahan yang diberikan , karena perhatiannya tidak terfokus pada yang memberi petunjuk, tetapi malah pada hal-hal lain yang tidak ada di hadapannya.
· Mengalami kesulitan mengatur tugas dan kegiatannya
· Menghindari dan tidak menyenangi tugas yang membutuhkan usaha mental seperti PR
· Menghilangkan berbagai macam barang yang dimilikinya
· Mudah terusik oleh kegaduhan atau obyek yang bergerak
· Pelupa.
2. Impulsif (semaunya sendiri) dan Hiperaktif
· Gelisah, yang ditunjukkan dengan tangan dan kaki yang tidak bisa diam dan senang menggeliat-geliat di kursi.
· Suka meninggalkan tempat duduk ketika sedang di kelas, di ruang makan, atau di mana saja yang membutuhkan duduk
· Seringkali berlari-lari atau memanjat ketika situasinya tidak pantas untuk berperilaku seperti itu
· Tidak bisa bermain dengan tenang
· Selalu tampak seperti “selalu bergerak dan bergerak”, atau seperti seolah-olah sedang dikendalikan oleh mesin.
· Berbicara tanpa ujung pangkal tiada henti
· Menjawab asal-asalan, padahal pertanyaan belum selesai diberikan
· Kesulitan menunggu gilirannya tiba ketika sedang bermain atau aktivitas-aktivitas terjadwal lainnya
· Menyela atau mengganggu anak-anak lainnya
· Selalu memaksa orang tua untuk menuruti perintahnya, pada saat itu juga, bahkan sambil memukuli orang tua.
· Kalau mempunyai keinginan tidak bisa dikendalikan, atau tidak bisa dialihkan.
· Kalau disuruh mengerjakan sesuatu, tiba-tiba melihat hal lain yang lebih menarik perhatiannya, menjadi lupa dengan apa yang diperintahkan padanya.
Apabila sekurang-kurangnya 6 tanda dari tanda-tanda di atas ada pada buah hati anda, dengan intensitas yang selalu berulang sekurang-kurangnya selama 6 bulan, dan telah tampak sebelum buah hati kita berumur 7 tahun, alias sejak balita, terjadi sekurang-kurangnya di 3 tempat yang berlainan,( rumah, sekolah, tempat bermain, pertemuan orang tua,dll), dan sudah menimbulkan gangguan pada pihak lain, ada baiknya kita berkonsultasi dengan psikiater, agar gangguan itu tidak mengarah kepada kelainan yang lebih serius. Silakan memantau perkembangan balita anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar