Jumat, 17 April 2009

Hii...seremmmm....!


JADI WANITA MUSLIMAH ?

...OOH, NO!!!!!

“Aku emoh jadi wanita muslimah. Apa-apa harus patuh pada suami. Bisa-bisa harga diriku diinjak-injak dan dipoligami!” Seorang sahabat saya melontarkan kata-kata itu kepada saya ketika selesai membaca maraknya poligami, banyaknya selebritis yang copot jilbab dan kembali berkarir setelah berhasil cerai dari suaminya yang ringan tangan dan mengekang mereka. , dan ada yang mencopot jilbab setelah bercerai karena sakit hati suaminya berpoligami.

Saya agak jengah dengan kata-katanya yang sembarangan itu. Tapi tentu saja tidak bisa mempersalahkan dan balik mengecamnya. Sebab realitanya banyak kejadian yang menguji reputasi umat Islam dewasa ini. Pemberontakan para perempuan selebritis

( mengapa saya selalu memilih selebritis, sebab merekalah yang berpotensi menjadi berita dan seringkali menjadi sample sebagai public figure) merupakan pukulan keras bagi dunia Islam yang sesungguhnya berisi dengan tuntunan yang sempurna. Kaum perempuan sudah banyak berubah. Kemandirian, persamaan kedudukan, kemampuan intelektual, prestasi, mungkin perempuan bahkan bisa melampaui laki-laki. Tapi hal itu hanya akan sia-sia bila kaum laki-laki tidak juga berubah.Tidak juga menghargai perempuan sebagaimana yang dituntunkan dalam Islam. Laki-laki masih terbuai dengan adat keningratan, di mana perempuan penuh pengabdian dan patuh tanpa kompromi pada suami, sedang suami bebas beristri berapapun sesuai keinginan suami. Poligami memang diperbolehkan dalam Islam, itu tidak boleh diingkari, tetapi syarat-syarat poligami itu sendiri hampir tidak mungkin dilakukan oleh seorang suami. Adil, tidak menyakiti hati istri, dll. Padahal adil itu sangat relative, tidak hanya diukur dari jumlah uang belanja yang sama besarnya. Sedangkan tidak menyakiti istri tentu saja bisa diartikan bila harus seijin istri. tetapi terkadang para suami yang tidak bertanggung jawab, justru berpoligami secara sembunyi-sembunyi dengan alasan diperbolehkan agama, takut zina ( padahal laki-laki yang tinggi derajadnya adalah laki-laki yang mampu mengendalikan nafsunya). Tapi kalau semua syarat dipenuhi, tentunya kita tidak boleh menghalangi adanya poligami. Kalau istri yang dipoligami ikhlas dan ridho, tentunya kita tidak perlu mempermasalahkan lagi. Islam memang menuntunkan kepatuhan seorang istri terhadap suaminya, sesuai dengan hadist yang berbunyi :

Nabi Muhammad Saw bersabda, “ Sekiranya aku boleh menyuruh seseorang sujud kepada orang lain, tentu aku akan menyuruh seorang istri sujud kepada suaminya’ (HR. Tarmidzi dan Abu Hurairah)

Dalam hadist ini menggambarkan betapa sujud adalah bentuk penghambaan diri. sepenuhnya. Mungkin hadist inilah yang menjadi favorit para suami untuk bertindak seenaknya terhadap istri. Sebab wanita tiada diperintahkan kecuali patuh pada suami. Sangat disayangkan kalau hadist ini disalahgunakan oleh para suami sebagai alasan untuk sewenang-wenang terhadap istri. Padahal dalam Islam, seorang suami dianjurkan mempunyai sifat sabar dan memaklumi kekurangan istri dan mengingat-ingat kebaikan istrinya.

Janganlah seorang laki-laki mukmin membenci istrinya yang beriman. Bila ada perangai yang tidak disukai, dia pasti ridho (senang) dengan perangainya yang lain .(HR. Muslim)

Islam memang mengajarkan kepatuhan istri pada suami, tapi sebaliknya, Islam juga mengajarkan sikap lemah lembut, kasih sayang dan penghargaan yang tinggi terhadap wanita. Sebagaimana hadist berikut ,

“…….Orang yang memuliakan kaum wanita adalah orang yang mulia, orang yang menghina wanita adalah orang yang tidak tahu budi (HR. Abu ‘Asaakir)

Tidak jarang seorang suami marah kepada istri hanya karena sang istri terlambat mengambilkan minuman. Padahal, Rasulullah pernah dibuatkan minum oleh Asiyah, dan beliau berkata, “Hai Khumaira… (pipi yang merah), marilah minum bersamaku”. Dan ketika Aisyah minum bersama Nabi, Aisyah segera menyadari dan meminta maaf, ternyata Ia salah memasukkan garam ke dalam minuman.(Subhanallah!) Betapa sabar dan bijaksananya Rasulullah mengingatkan kesalahan istrinya, dan betapa indahnya kalau semua laki-laki muslim mengikuti tuntunan Nabi seperti ini.

Dalam kisah lain juga diceritakan, suatu saat Nabi pulang terlalu larut, sehingga Aisyah sudah tertidur, sedang pintu terkunci.. Karena khawatir dan tidak tega apabila harus membangunkan Aisyah, maka Rasulullah mengambil pelepah kurma dan memakainya sebagai alas tidur di luar. Ketka paginya Aisyah terbangun, Aisyah merasa malu dan meminta maaf atas kealpaannya. (dapt kita lihat betapa lembutnya hati Nabi). Tentu akan mudah untuk mendapatkan mawadah, warohmah dan sakinah bila semua suami berperilaku meneladani Rasulullah.

Lain daripada itu, KDRT kadang juga menjadi salah satu factor penyebab keretakan dalam rumah tangga. Dan sangat disayangkan kalau hal itu dilakukan oleh seorang suami muslim pada istrinya, padahal dalam hadist juga disebutkan

“Saling berwasiatlah kalian tentang kaum wanita dengan baik-baik. Mereka itu adalah tawanan di tanganmu. Tiada kalian bisa menguasai apa-apa dari mereka, kecuali apabila mereka melakukan perbuatan keji, pisahkanlah diri kalian dari tempat tidur mereka, atau lakukanlah pemukulan yang tidak membekas……….(HR Ibnu Majah dan Attirmidzi).

Dikatakan di sini “Pemukulan yang tidak membekas”, tentunya sebenarnya Islam tidak membolehkan adanya kekerasan, sekalipun istri berbuat keji. Jadi kesimpulannya, dalam rumah tangga muslim, hanya ada ketentraman belaka, saling menghargai,saling cinta dan menyayangi , kepatuhan istri diimbangi dengan tanggung jawab, kasih sayang dan perilaku lembut suami. Kalaulah ada penyimpangan, pastilah Islam belum dijalankan dengan kebenaran yang sesungguhnya. Maka, jangan lagi berkata “Nooo!” untuk menjadi wanita muslimah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar