Kamis, 05 Maret 2009

Untuk seluruh ibu di dunia

BUNDAKU

From my son for all mother in the world



Sreeng..srengg,

Kari ayam, balado, cah kangkung, udang tepung,..

Lumpia,martabak, tahu isi, brownies, semua lezat,

Bundaku pandai memasak

Hmmm bajuku harum,bajuku rapi,

Bunda mencuci dan menyeterika untukku.

Rumahku bersih, indah dan nyaman,

Bundaku rajin menata dan membersihkannya.

Alif, ba, ta, tsa,jim

Bunda mengajariku mengaji,

Sholatlah tepat waktu, Nak!

Bunda mengajakku beribadah

Tjoet Nya’Dien dari Aceh, Pattimura dari Maluku,

Bunda mengajariku sejarah Pahlawan.

Surabaya Ibukota Propinsi Jawa Timur,

Bunda mengajariku IPS.

What are you doing, Son?

Bunda mengajariku Bahasa Inggris.

Tulislah apa yang kamu lihat dan kamu rasakan,

Bunda mengajariku mengarang.

Dua adalah bilangan prima,

Bunda mengajariku matematika.

Benda padat menjadi gas itu menyublim,

Bunda mengajariku sains.

Cium tangan ayah dan bunda sebelum pergi

Bunda mengajariku tata karma

Hormatilah orang yang lebih tua,

Bunda mengajariku sopan-santun.

Bunda belikan aku sepatu dan buku. Ini Nak, Bunda belikan…..

Bunda, belikan aku PS keluaran terbaru,

Sabar ya, Nak. Menabunglah dari uang sakumu.

Bunda mengajariku bijak mengatur uang.

Bunda, terima kasih atas semua yang kaulakukan untukku.

Berterimakasihlah pada Ayah, dan bersyukurlah pada Allah,

Bunda mengingatkanku, untuk berterimakasih pada Ayah,

Dan bersyukur pada Allah yang maha pemurah.




Puisi yang dibuat oleh anak saya di atas adalah suatu bentuk penghargaan seorang anak pada ibunya. Terlihat sederhana, tapi sarat makna, betapa seorang ibu rumah tangga ternyata mempunyai jasa yang sangat besar. Mungkin membaca puisi di atas, kita baru sadar, bahwa seorang ibu rumah tangga mempunyai pekerjaan yang tidak bisa diremehkan. Apalagi sesungguhnya, apa yang ditulis anak saya itu hanyalah jasa seorang ibu dari sudut pandang seorang anak kecil, di samping “hal” lain yang tentunya masih banyak yang belum terlukiskan dalam puisi anak saya seperti bagaimana bersosialisasi dan menghadapi masyarakat di lingkungan yang asing, bagaimana menghadapi suami yang stress terhadap pekerjaan, bagaimana repotnya membagi waktu untuk pekerjaan rumah tangga, bahkan dalam sebuah lagu yang dinyanyikan Sophie Navita dan Pongky dalam lagu Tidak mudah jadi perempuan ada lirik “ Bekerja 25 jam, apotekpun kalah,….! Tapi terkadang, seorang Ibu Rumah Tangga dianggap sesuatu yang sangat wajar dan tidak bisa dibanggakan. Kalau ada seorang wanita yang berhasil menjadi presiden, pilot, menteri, wanita karir yang sukses, pastilah akan dianggap sebagai “Kartini-Kartini” masa kini. Tetapi seorang wanita yang sekalipun terpelajar, tapi menjadi seorang ibu rumah tangga, harus bersabar mendengar cemoohan,” Sekolah tinggi-tinggi akhirnya masuk dapur juga.” Padahal, di era yang serba mungkin dan tekhnologi melaju begitu pesat, sangat dibutuhkan Ibu Rumah Tangga yang “professional”, yang tahu dan paham bagaimana mengarahkan anak-anaknya pada jalur yang seharusnya ditempuh, yang paham psikologi anak, yang tak pernah berhenti belajar, sehingga tidak terjadi “Kebo nusu Gudel”, yang akan berakibat pada berkurangnya rasa hormat seorang anak terhadap orang tua(khususnya ibu) , karena merasa lebih pandai dari orang tuanya(khususnya ibu). Seyogyanya seoarang Ibu Rumah Tangga harus mendapat penghargaan yang lebih dari masyarakat, sebab peran seorang ibu dalam suatu rumah tangga sangat menentukan keberhasilan sebuah keluarga. Mungkin suatu saat, kita perlu menyebut Kartini masa kini, pada seorang wanita yang rela mendarmabaktikan dirinya pada keluarga, tidak melulu pada wanita dan seorang ibu yang berhasil dalam karier, meskipun idealnya, seorang wanita bisa mandiri dalam segi ekonomi, tetapi berhasil juga membina keluarga, Itulah wanita sempurna dan perkasa, tapi sungguh…itu sangat-sangat sulit, kecuali kalau mau berbagi anak dan suami dengan pembantu atau orang lain!!!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar