MENDIDIK ANAK
Pada waktu anak saya masuk TK, gurunya sering komplain,”Mas Dhila itu cengeng, sering menangis…”. Saya berusaha menerima dengan hati lapang keluh kesah sang guru sambil berusaha menyelidiki, apa yang sebenarnya terjadi. Dengan hati-hati saya tanyakan kepada anak sulung saya, kenapa sering menangis di kelas.
Langsung saja anak saya bercerita, Bukuku sering dicoret lho, Bunda. Bekal minumku juga diminum, terus potlotku juga dilempar sampai patah,..Bowo memang nakal..! (anak sayamenyebut salah satu nama temannya.) Sudah disuruh minta maaf, besoknya menganggu lagi, akhirnya malah aku yang dipersalahkan sama Bu guru, katanya enggak boleh cengeng. Ehmmm saya baru memaklumi. Saya memang selalu mendidik anak saya untuk rukun dan mengalah pada adiknya, dan si adikpun saya suruh rukun dan menghormati kakaknya. Di rumah semua itu berjalan baik, sebab saya pasti bisa memberi penyelesaian yang adil bagi keduanya bila mereka bertengkar. Tapi di sekolah tentu kondisinya lain, seorang guru yang sedang sibuk mendidik dan mengajar anak didiknya, pasti tidak bisa sabar bila anak didiknya ada yang bertengkar atau membuat keributan, sehingga berusaha mencari cara bagaimana agar suasana tenang, itu saja, meskipun terkadang sesuatu yang paling penting justru terabaikan, yaitu kondisi psikologis anak. Akhirnya saya yang menjadi orang tua menjadi jengkel. “Besok lagi, kalau ada anak yang nakal, ditegur, kalau masih nakal pukul saja,..tapi kamu enggak usah menangis. Kamu kan laki-laki, kamu harus kuat. Aku menasehati si sulung dengan emosi yang sangat manusiawi, namanya juga orang tua. Tapi lain waktu, gurunya komplain lagi, “Bu, Mas Dhila sekarang nakal, sukanya berkelahi dan memukuli temannya. “O, ya? Saya terbelalak, meski dalam hati saya puas, sekarang anak saya sudah bisa mengatasi teman-temannya yang nakal, tetapi ternyata cara saya juga salah, sebab sekarang kedua anak laki-laki saya jadi sering bertengkar dan saling memukul, dengan alasan , adik yang memulailah..adik mengganggu lah, Mas yang pelit, dsb. Aduh..saya betul-betul bingung, bagaimana caranya mendidik anak dengan baik. Jelas kita menjadi puyeng dengan kasus seperti ini, tapi sekaligus memberi pelajaran pada saya, bahwa mendidik anak tidak semudah yang saya bayangkan, sebab mereka mempunyai kondisi tertentu yang tentu saja sangat berlainan dengan orang dewasa. Memang, terkadang kita tidak bisa menduga, bahwa semua yang kita ajarkan secara baik pada anak-anak kita, akan berimplikasi baik pula jika mereka sudah berinteraksi dengan lingkungannya, sebab semua individu mempunyai sifat unik sendiri-sendiri. Bayangkan, bila anda mendidik anak untuk saling mengasihi dan berbagi, tetapi ketika anak anda bermain dengan teman-temannya, bertemu dengan teman yang suka mengganggu temannya, suka menyerobot barang milik temannya, tetapi ketika dia mempunyai mainan atau kepunyaan, dia sangat pelit, pastilah anak anda akan protes dan jengkel, sebab dia melihat sesuatu yang lain dengan apa yang diajarkannya selama ini. Padahal di satu sisi kita juga berpikir, bahwa interaksi dengan orang lain atau bersosialisasi itu penting. Apakah anda akan melarang anak anda bermain dengan temannya, atau membiarkan anak-anak menyelesaikan sendiri “urusan mereka” sekalipun sampai terjadi pertengkaran. Tentu saja tidak bukan? Itu semua akan menjadi PR bagi kita semua orang tua, silakan anda terapkan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi lingkungan masing-masing. Tetapi, kiranya akan berguna kalau saya memberikan fase-fase perkembangan menurut Santrok dan Yussen untuk memudahkan anda memahami perkembangan yang terjadi pada buah hati anda. Fase perkembangan Anak-anak kita dibagi atas 5 fase, yaitu :
<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->FASE PRANATAL( saat dalam kandungan) adalah waktu yang terletak antara masa pembuahan dan masa kelahiran. Pada saat ini terjadi pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel menjadi satu organisma yang lengkap., dengan otak dan kemampuan berperilaku, dihasilkan dalam waktu lebih kurang 9 bulan.
<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->FASE BAYI adalah saat perkembangan yang berlangsung sejak lahir sampai 18 atau 24 bulan. Masa ini adalah masa yang sangat bergantung pada orang tua. Banyak kegiatan-kegiatan psikologis yang baru dimulai, misalnya : bahasa, koordinasi sensori motor dan sosialisasi.
<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->FASE KANAK-KANAK AWAL adalah masa yang berlangsung sejak akhir masa bayi sampai 5 atau 6 tahun., kadang-kadang disebut masa pra sekolah (play group atau TK). Selama masa ini, mereka mulai belajar melakukan sendiri banyak hal dan berkembang ketrampilan-ketrampilan yang berkaitan dengan kesiapan untuk bersekolah dan memanfaatkan waktu selama beberapa jam untuk bermain sendiri ataupun dengan temannya. Memasuki kelas 1 SD menandai berakhirnya fase ini.
<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->FASE KANAK-KANAK TENGAH DAN AKHIR adalah fase perkembangan yang berlangsung sejak kira-kira umur 6 sampai 11 tahun, sama dengan usia anak sekolah dasar. Anak-anak menguasai ketrampilan – ketrampilan dasar membaca, menulis dan berhitung. Secara formal, mereka mulai memasuki dunia yang lebih luas dengan budayanya. Pencapaian prestasi menjadi arah perhatian pada dunia anak., dan pengendalian diri sendiri bertambah pula.
<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->FASE REMAJA adalah fase perkembangan yang merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke dewasa awal. Yang dimulai kira-kira umur 10 sampai 12 tahun dan berakhir kira-kira umur 18 sampai 22 tahun. Remaja mengalami perubahan-perubahan fisik yang sangat cepat, perubahan perbandingan ukuran bagian-bagian badan , berkembangnya karakteristik seksual, seperti membesarnya payudara, tumbuhnya rambut pada bagian tertentu, dan perubahan suara. Pada fase ini dilakukan upaya-upaya untuk mandiri dan pencarian identitas diri. Pemikirannya lebih logis, abstrak, dan idealis. Semakin banyak waktu yang dimanfaatkan di luar keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar