Senin, 28 September 2009

Mudik

SUKA DUKA MUDIK





            Lebaran selalu identik dengan mudik. Tentunya untuk orang yang jauh dari kampung halaman. Tidak bisa mudik??Kasihan deh Lu..! Mungkin itu yang terlintas dalam pikiran kalau ada orang yang tak bisa mudik. Apalagi kalau tidak bisa mudik karena urusan pekerjaan. Duh bisa nelangsa....:( Kita kan bukan mesin yang tak mengenal lelah, jadi kalau lebaran, hari raya juga tak dapat cuti, Hmm...jangan-jangan kita sudah termasuk orang yang gila kerja ( Atau malah gila beneran?? Upss...maaf..just a joke!)

Mudik memang butuh persiapan, tidak hanya fisik, tetapi juga finansial. Tetapi kalau kita sudah mempersiapkan segalanya, Insya Allah semuanya bisa berjalan lancar. Terkadang Saya dan suami berpikir, enak ya..kalau punya mobil pribadi, bisa mudik dengan santai tanpa repot menenteng barang bawaan seabrek, bisa mengambil rute sesuai keinginan, bisa mudik dan balik lagi dengan oleh-oleh yang banyak, bisa mudik tanpa perlu mandi dulu(he..he..kan tidak perlu berdekatan dengan orang banyak..:) ,  sehingga kadang terlintas untuk membeli mobil.  Tapi kalau dikaji ulang, bagaimana kalau tak punya sopir pribadi??  Tentunya kita malah tambah capek, seharusnya istirahat dan libur kerja malah beralih profesi jadi sopir (meski mobil milik sendiri), bagaimana kalau macet, terus mobil yang sebenarnya sudah dipersiapkan dan diservis ternyata mogok, belum lagi kalau mesin mobil ngadat, pastilah butuh pengeluaran ekstra yang tidak sedikit, belum lagi bensinnya, pajaknya, apalagi kalau bisanya beli kredit, pastilah menambah anggaran pengeluaran. Belum lagi kalau "dianggap" kaya, jadi ngasih pengemis dan pengamenpun paling tidak seribu rupiah (padahal kadang ngasih limaratus aja biasanya sayang  (He.he..tidak lah yaww..masak  jadi kikir..!)

Ah..daripada berandai-andai lebih baik saya nikmati saja perjalanan mudik saya. Biasanya dari terminal Madiun ke terminal Yogya, tidak pernah ada masalah. Saya salut pada bis-bis Jawa Timuran Surabaya-Yogya. Bisnya bagus-bagus, bahkan beberapa ber-AC dengan tarif biasa. Jarak tempat duduk yang satu dengan yang lain juga longgar. Sementara tarifnya sangat jelas dan disiplin. Bahkan kenaikan tarif ditempel di dinding bis. Apalagi mudik kemarin saya dapat tempat duduk di depan, bisa memandang bebas ke depan, dengan AC yang nyaman, tak heran kalau saya dan anak-anak serta suami bisa terlelap di bis.

Tapi ketika berganti bis dari Yogyakarta ke Purworejo..!  Hmm...tempat duduk terlalu mepet dan sempit, bisnya juga relatif sudah kumal, sementara tarif yang biasanya 8-10 ribu naik menjadi 15 ribu rupiah. Duh..50%. Tapi ini belum seberapa. Tarif ini baru beberapa tahun berjalan. Saya ingat, dulu setiap lebaran semua bis Purworejo Yogya yang biasanya 7 ribu, naik menjadi 20-30 ribu. Sungguh masa-masa yang kacau dan tidak ada kepastian hukum L. Jadi jarak Purworejo-Yogya yang hanya kira-kira sepertiga jarak Madiun Yogya justru bertarif 2 kali lipat tarif Madiun Yogya, itupun dengan bis yang relatif jelek dan tempat duduk yang terlalu sempit. Jadi kalau sekarang tarifnya 15 ribu, mungkin masih Alhamdulillah (betul-betul orang Jawa.semua serba untung! Untung hanya ditarik 15 ribu J...). Tapi sejujurnya, Meski kami berempat, aku hanya mengulurkan uang 50 ribuan. Ketika kondektur minta tambahan 10 ribu, saya berkata," Naik sampai 50%??(Dengan sedikit melotot, he..he..akhirnya kondektur mengalah, tentunya bukan karena takut pada pelototan saya, tapi mungkin malu berdebat dengan perempuan atau tarif resminya mungkin tidak semahal itu. Entahlah! Tapi yang jelas, ketika balik ke Madiun, Saya melakukan hal yang sama dengan tarif itu, dan ternyata kondekturnya kembali mengalah..he..he..!)



Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar