Sabtu, 28 November 2009

Ini fiksi, lho!








SETITIK
TINTA

DI ATAS
KERTAS


“Aduh......bener-bener sebal sebul sebel deh sama Mas Yok, suamiku tersayang..ups…gak ding! Suamiku yang nyebelin seantero jagad. Bener deh…coba bayangin..Dimasakin tongkol goreng, bilangnya,” Ah..tongkol goreng, aku gak selera, harusnya kamu tahu kan Dik, Aku sukanya tongkol balado…!” Sabar..sabar…kuhitung sampai 10, jangan sakit hati, jangan jengkel…Alhamdulillah berhasil! “ Ya sudah deh, Mas. Nanti kubuat balado, kan tinggal membuat sambalnya, enteng…! Tapi nanti sore,ya…!” Kujawab dengan tersenyum setulus mungkin. Padahal anak-anakku seneng juga lho sama tongkol goreng, tapi mereka diam saja ketika tahu tongkolnya mau kupermak jadi tongkol balado. Bener-bener nice sons.
Tapi apalagi yang dikatakan ketika sang tongkol sudah kusulap menjadi tongkol balado yang menggugah selera? “Aduhhh tongkolnya enggak kamu kasih jeruk nipis ya,Dik? Kok baunya amis banget, besok lagi enggak usah beli ikan laut aja, bau amisnya bikin aku mau muntah…! SSrrrr…darahku dah naik sampai kepala, tapi masih kucoba berhitung sampai sepuluh, masih jengkel, .....kupejamkan mata dan kutarik napas dalam-dalam…” Baiklah suamiku sayang,….besok beliin gurame aja, ya…nanti aku tinggal masak…!” Kujawab dengan nada sedatar mungkin, meski sambil geregetan. Suamiku tak merespon, tapi herannya, dia nambah lagi nasinya,..???? Bikin aku bingung aja.
Malam hari sehabis Isya’anakku asyik mengerjakan PR, kutanya enggak ada kesulitan. Kuhidupkan TV, Mas Yok asyik mengetik dengan laptopnya. Tahu aku menghidupkan TV, melongokkan kepalanya ke ruang TV. “ Anak-anaknya mengerjakan PR, Bundanya malah liat TV, gak ada manfaatnya, mudharat aja yang dicari…!” Baca-baca Al Qur’an kek, atau apa..!” Huhh…aku betul-betul bete. Padahal dari Maghrib sampai Isya’ tadi kan aku sudah tadarus. Kumatikan TV dengan sedikit kasar, terus masuk kamar, tidur….
Pagi ini kembali kesabaranku diuji. Bukan oleh anak-anakku yang dengan manisnya mengambil baju seragam di lokernya masing-masing dengan tertib, semua beres dan rapi, tapi justru oleh ayahnya, alias Mas Yok suamiku. “Dik,..kamu ini bagaimana sih? Baju batikku kok belum diseterika? Sapu tangan juga belum dicuci semua, bla..bla…omelannya masih panjang seperti kereta puluhan gerbong di waktu lebaran. Padahal hari ini hari rabu, dan batik seragam itu kan dipakai setiap hari Sabtu, pasti nih Si Mas cuma cari-cari masalah deh.Tapi biarlah aku mengalah. Pagi-pagi enggak baik bertengkar. Sambil menahan jengkel kuambil seterika, dan mulai kuseterika baju batik suamiku tersayang, ups…bukan, suamiku yang nyebelin seantero jagad…! Tapi apa yang dilakukan ‘beliau’? Bukannya menghargai apa yang kulakukan, malah sambil tergesa-gesa berkata” Sudah Dik, enggak usah repot-repot,…aku pakai yang seragam pemda saja!” Air mataku hampir tumpah karena sebel..! (Bilang kek dari tadi…). Disodorkan tangannya, kucium setengah hati. “Dah Dik, Aku berangkat! Assalamu’alaikum..! “ …Kum salam..!” Anak-anakku berbaris manis mengikuti ayahnya sambil mencium tanganku satu persatu. Ah..untunglah aku masih mempunyai anak-anak yang manis.
Suami dan anak-anakku sudah berangkat. Jadwalku selanjutnya, membereskan meja makan bekas sarapan, cuci piring, merapikan tempat tidur, menyapu lantai, halaman depan, halaman belakang, cuci baju…….tiba-tiba aku merasa tugasku terlalu banyak dan menumpuk. Ah…santai sebentar ah… Kuhidupkan TV mau liat berita, tapi terlambat, acaranya malah infotainment, isinya gossip melulu, perceraian selebritis, selebriti ngantukpun jadi berita. …huh,..membuat aku semakin bete, mana sebelku sama suamiku belum hilang, malah tiba-tiba muncul kembali. Kejengkelanku bertambah melihat piring-piring kotor…lantai kotor, dapur belepotan minyak, kompor ketumpahan sayur…GGhhrrr…..rasanya aku pengin meledak. Pengin berteriak keras-keras, khawatir mengganggu tetangga dan disangka gila, padahal aku harus mengeluarkan uneg-unegku. Mau curhat sama tetangga, bisa-bisa jadi infotainment gossip, Aha….aku ingat diaryku. Sahabat sejatiku. Dengan antusias kuambil pena dan kutulis, “ Suamiku nyebelin, Mas Yok bikin bete, ini salah itu salah, rewel..(lagu ‘kaleee…), Enak bener jadi suami, sukanya marah-marah, memerintah, pengin enak sendiri, egois,….bla..bla….sekarang gentian aku yang merdeka buat mengeluarkan ganjalan di hatiku,….Masya Alloh…ternyata aku lebih parah, 7 halaman diaryku penuh kalimat protes untuk Mas Yok, semua kritik, dan kejelekan suamiku. Ternyata aku lebih bawel, tidak cuma seperti barisan gerbong kereta, tapi tulisanku sudah sambung menyambung menjadi satu, dari sabang sampai merauke…..
Lain hari, diaryku pindah tempat. Gawat….Mas Yok pasti telah membacanya. Bener juga, di salah satu halaman diaryku, ada selembar kertas putih, dengan tulisan “Untuk istriku tersayang,…Cuma itu…tidak ada yang lain, kecuali setitik tinta tepat di tengah-tengah kertas. Aha…jangan-jangan nih suamiku gantian melontarkan kritik ke aku, tapi biar enggak keliatan, mau main detektif-detektifan. Pasti ditulis dengan tinta air jeruk, terus kalau pengin tulisannya kelihatan, harus dipanaskan atau diseterika. He..he…taktik kuno. Kupanaskan seterika, dan kugosok kertas milik Mas Yok, tapi…kok tetap saja seperti itu? Wah…salah deh dugaanku. Oooo mungkin Mas Yok memang belum selesai menulisnya, tetapi karena aku keburu masuk, buru-buru nih kertas ditaruh dan dimasukkan ke diaryku. Oke,..biar deh kusimpan kembali diaryku di tempatnya.
Keesokan harinya,…Nah..bener kan…ada tambahan tulisan…tapi kok cuma”film”, itu saja…? Apa aku harus mengingat ingat film yang pernah kami tonton? Tentang pertengkaran suami istri? Kayaknya enggak ada deh film kaya’gitu. Aku enggak suka, apalagi Mas Yok. Kalau ada film seperti itu, pasti deh langsung ganti channel. Ah..aku masih bingung, ..
Sudah dua hari ini Mas Yok tidak pernah rewel lagi, apapun yang kumasak pasti dilahapnya, bahkan kemarin sehabis subuh membantu aku mencuci piring. He..he…insyaf juga suamiku tersayang. Bahkan ketika aku lupa menyeterika baju koko seragamnya untuk bayan malam jumat, dia juga enggak marah, tetapi memakai baju lain. Ah..aku jadi enggak enak sendiri, kalau suamiku jadi pendiam kayak gitu. Aku juga masih penasaran dengan kertas kosong kemarin.. Diam-diam kubuka lagi diaryku. Aha…ada tambahan tulisan. “kungfu”. Aku masih bingung, sambil berfikir, kubaca lagi diaryku, dan Astaghfirulloh…semua isinya mengecam suamiku. Yah..namanya juga orang lagi emosi…! Ya Alloh Ya Rabbi….aku ingat sekarang! Dalam sebuah film kungfu, seorang master memperlihatkan selembar kertas putih dengan setitik tinta di atasnya kepada calon muridnya. “Apa ini?” Calon murid menjawab,” noda hitam di atas kertas guru,” Sang guru berkata. Belajarlah dulu dari kehidupan, baru aku akan mengangkatmu menjadi murid. Ketika calon murid kembali datang, Sang guru kembali memperlihatkan kertas itu dan bertanya “Apa ini?” Calon murid menjawab,”Setitik tinta di atas kertas,Guru!” Sang guru kembali berkata, “Belajarlah dari kehidupan, baru aku akan mengangkatmu menjadi murid.” Begitulah selalu terjadi berulang-ulang. Akhirnya sekian lama calon murid menjadi orang yang bijak, dan dia datang lagi. Ketika sang guru memperlihatkan kertas itu lagi sang murid menjawab. “Kertas putih,Guru! “ Sudah, itu saja? Sang Guru meneruskan pertanyaannya.
Calon murid menjawab. Iya, Guru. Selembar kertas putih, ada setitik noda di
atasnya, tapi itu tidak seberapa dibandingkan luasnya kertas putih yang masih
bersih!” Sang Guru tersenyum, “Baiklah, Kamu boleh menjadi muridku!
Yess!! Aku memekik girang menemukan jawaban teka-teki di balik kertas yang diberikan Mas Yok untukku.
Tapi..aku juga sangat malu, sebab, tujuhbelas tahun lamanya aku menikah dengan
Mas Yok, begitu banyak kebaikannya, tapi mengapa dalam diaryku yang tujuh
halaman ini hanya tertulis kejelekan nya saJa?
Ah…aku menjadi sangat malu, bukankah selama ini suamiku sangat baik, setia, bertanggung jawab, …Ah..mengapa hanya melihat setitik tinta itu, padahal kertas putih yang bersih itu seribu kali lebih luas…Aku menangis karena malu, betapa tidak bersyukurnya Aku……
Di dekat diaryku, ada setumpuk buku, Tiga seri Agatha Christie, , Edensor, buku-buku bacaan…..(Maaf, Dik..beberapa hari ini aku agak stress mengejar deadline untuk menyelesaikan membuat soal-soal midterm, soal bimbingan olympiade sains, soal-soal latihan Unas, memberi les, mengajar 24 jam untuk memenuhi syarat sertifikasi, …Alhamdulillah semua sudah kelar, Nih..honornnya buat mbeliin kamu buku….!) Ya Alloh, ternyata suamiku seorang pekerja keras, dan begitu baik, sementara aku yang hanya mengerjakan pekerjaan rumah yang bisa kukerjakan dengan santai       malah mengeluh. Aku semakin malu…Maafkan Aku, Mas…!Terima kasih semuanya…!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar