Minggu, 21 April 2013


SETITIK
TINTA

DI ATAS
KERTAS


“Aduh......bener-bener sebal sebul sebel deh sama Mas Yok, suamiku tersayang..ups…gak ding! Suamiku yang nyebelin seantero jagad. Bener deh…coba bayangin..Dimasakin tongkol goreng, bilangnya,” Ah..tongkol goreng, aku gak selera, harusnya kamu tahu kan Dik, Aku sukanya tongkol balado…!” Sabar..sabar…kuhitung sampai 10, jangan sakit hati, jangan jengkel…Alhamdulillah berhasil! “ Ya sudah deh, Mas. Nanti kubuat balado, kan tinggal membuat sambalnya, enteng…! Tapi nanti sore,ya…!” Kujawab dengan tersenyum setulus mungkin. Padahal anak-anakku seneng juga lho sama tongkol goreng, tapi mereka diam saja ketika tahu tongkolnya mau kupermak jadi tongkol balado. Bener-bener nice sons.
Tapi apalagi yang dikatakan ketika sang tongkol sudah kusulap menjadi tongkol balado yang menggugah selera? “Aduhhh tongkolnya enggak kamu kasih jeruk nipis ya,Dik? Kok baunya amis banget, besok lagi enggak usah beli ikan laut aja, bau amisnya bikin aku mau muntah…! SSrrrr…darahku dah naik sampai kepala, tapi masih kucoba berhitung sampai sepuluh, masih jengkel, .....kupejamkan mata dan kutarik napas dalam-dalam…” Baiklah suamiku sayang,….besok beliin gurame aja, ya…nanti aku tinggal masak…!” Kujawab dengan nada sedatar mungkin, meski sambil geregetan. Suamiku tak merespon, tapi herannya, dia nambah lagi nasinya,..???? Bikin aku bingung aja.
Malam hari sehabis Isya’anakku asyik mengerjakan PR, kutanya enggak ada kesulitan. Kuhidupkan TV, Mas Yok asyik mengetik dengan laptopnya. Tahu aku menghidupkan TV, melongokkan kepalanya ke ruang TV. “ Anak-anaknya mengerjakan PR, Bundanya malah liat TV, gak ada manfaatnya, mudharat aja yang dicari…!” Baca-baca Al Qur’an kek, atau apa..!” Huhh…aku betul-betul bete. Padahal dari Maghrib sampai Isya’ tadi kan aku sudah tadarus. Kumatikan TV dengan sedikit kasar, terus masuk kamar, tidur….
Pagi ini kembali kesabaranku diuji. Bukan oleh anak-anakku yang dengan manisnya mengambil baju seragam di lokernya masing-masing dengan tertib, semua beres dan rapi, tapi justru oleh ayahnya, alias Mas Yok suamiku. “Dik,..kamu ini bagaimana sih? Baju batikku kok belum diseterika? Sapu tangan juga belum dicuci semua, bla..bla…omelannya masih panjang seperti kereta puluhan gerbong di waktu lebaran. Padahal hari ini hari rabu, dan batik seragam itu kan dipakai setiap hari Sabtu, pasti nih Si Mas cuma cari-cari masalah deh.Tapi biarlah aku mengalah. Pagi-pagi enggak baik bertengkar. Sambil menahan jengkel kuambil seterika, dan mulai kuseterika baju batik suamiku tersayang, ups…bukan, suamiku yang nyebelin seantero jagad…! Tapi apa yang dilakukan ‘beliau’? Bukannya menghargai apa yang kulakukan, malah sambil tergesa-gesa berkata” Sudah Dik, enggak usah repot-repot,…aku pakai yang seragam pemda saja!” Air mataku hampir tumpah karena sebel..! (Bilang kek dari tadi…). Disodorkan tangannya, kucium setengah hati. “Dah Dik, Aku berangkat! Assalamu’alaikum..! “ …Kum salam..!” Anak-anakku berbaris manis mengikuti ayahnya sambil mencium tanganku satu persatu. Ah..untunglah aku masih mempunyai anak-anak yang manis.
Suami dan anak-anakku sudah berangkat. Jadwalku selanjutnya, membereskan meja makan bekas sarapan, cuci piring, merapikan tempat tidur, menyapu lantai, halaman depan, halaman belakang, cuci baju…….tiba-tiba aku merasa tugasku terlalu banyak dan menumpuk. Ah…santai sebentar ah… Kuhidupkan TV mau liat berita, tapi terlambat, acaranya malah infotainment, isinya gossip melulu, perceraian selebritis, selebriti ngantukpun jadi berita. …huh,..membuat aku semakin bete, mana sebelku sama suamiku belum hilang, malah tiba-tiba muncul kembali. Kejengkelanku bertambah melihat piring-piring kotor…lantai kotor, dapur belepotan minyak, kompor ketumpahan sayur…GGhhrrr…..rasanya aku pengin meledak. Pengin berteriak keras-keras, khawatir mengganggu tetangga dan disangka gila, padahal aku harus mengeluarkan uneg-unegku. Mau curhat sama tetangga, bisa-bisa jadi infotainment gossip, Aha….aku ingat diaryku. Sahabat sejatiku. Dengan antusias kuambil pena dan kutulis, “ Suamiku nyebelin, Mas Yok bikin bete, ini salah itu salah, rewel..(lagu ‘kaleee…), Enak bener jadi suami, sukanya marah-marah, memerintah, pengin enak sendiri, egois,….bla..bla….sekarang gentian aku yang merdeka buat mengeluarkan ganjalan di hatiku,….Masya Alloh…ternyata aku lebih parah, 7 halaman diaryku penuh kalimat protes untuk Mas Yok, semua kritik, dan kejelekan suamiku. Ternyata aku lebih bawel, tidak cuma seperti barisan gerbong kereta, tapi tulisanku sudah sambung menyambung menjadi satu, dari sabang sampai merauke…..
Lain hari, diaryku pindah tempat. Gawat….Mas Yok pasti telah membacanya. Bener juga, di salah satu halaman diaryku, ada selembar kertas putih, dengan tulisan “Untuk istriku tersayang,…Cuma itu…tidak ada yang lain, kecuali setitik tinta tepat di tengah-tengah kertas. Aha…jangan-jangan nih suamiku gantian melontarkan kritik ke aku, tapi biar enggak keliatan, mau main detektif-detektifan. Pasti ditulis dengan tinta air jeruk, terus kalau pengin tulisannya kelihatan, harus dipanaskan atau diseterika. He..he…taktik kuno. Kupanaskan seterika, dan kugosok kertas milik Mas Yok, tapi…kok tetap saja seperti itu? Wah…salah deh dugaanku. Oooo mungkin Mas Yok memang belum selesai menulisnya, tetapi karena aku keburu masuk, buru-buru nih kertas ditaruh dan dimasukkan ke diaryku. Oke,..biar deh kusimpan kembali diaryku di tempatnya.
Keesokan harinya,…Nah..bener kan…ada tambahan tulisan…tapi kok cuma”film”, itu saja…? Apa aku harus mengingat ingat film yang pernah kami tonton? Tentang pertengkaran suami istri? Kayaknya enggak ada deh film kaya’gitu. Aku enggak suka, apalagi Mas Yok. Kalau ada film seperti itu, pasti deh langsung ganti channel. Ah..aku masih bingung, ..
Sudah dua hari ini Mas Yok tidak pernah rewel lagi, apapun yang kumasak pasti dilahapnya, bahkan kemarin sehabis subuh membantu aku mencuci piring. He..he…insyaf juga suamiku tersayang. Bahkan ketika aku lupa menyeterika baju koko seragamnya untuk bayan malam jumat, dia juga enggak marah, tetapi memakai baju lain. Ah..aku jadi enggak enak sendiri, kalau suamiku jadi pendiam kayak gitu. Aku juga masih penasaran dengan kertas kosong kemarin.. Diam-diam kubuka lagi diaryku. Aha…ada tambahan tulisan. “kungfu”. Aku masih bingung, sambil berfikir, kubaca lagi diaryku, dan Astaghfirulloh…semua isinya mengecam suamiku. Yah..namanya juga orang lagi emosi…! Ya Alloh Ya Rabbi….aku ingat sekarang! Dalam sebuah film kungfu, seorang master memperlihatkan selembar kertas putih dengan setitik tinta di atasnya kepada calon muridnya. “Apa ini?” Calon murid menjawab,” noda hitam di atas kertas guru,” Sang guru berkata. Belajarlah dulu dari kehidupan, baru aku akan mengangkatmu menjadi murid. Ketika calon murid kembali datang, Sang guru kembali memperlihatkan kertas itu dan bertanya “Apa ini?” Calon murid menjawab,”Setitik tinta di atas kertas,Guru!” Sang guru kembali berkata, “Belajarlah dari kehidupan, baru aku akan mengangkatmu menjadi murid.” Begitulah selalu terjadi berulang-ulang. Akhirnya sekian lama calon murid menjadi orang yang bijak, dan dia datang lagi. Ketika sang guru memperlihatkan kertas itu lagi sang murid menjawab. “Kertas putih,Guru! “ Sudah, itu saja? Sang Guru meneruskan pertanyaannya.
Calon murid menjawab. Iya, Guru. Selembar kertas putih, ada setitik noda di
atasnya, tapi itu tidak seberapa dibandingkan luasnya kertas putih yang masih
bersih!” Sang Guru tersenyum, “Baiklah, Kamu boleh menjadi muridku!
Yess!! Aku memekik girang menemukan jawaban teka-teki di balik kertas yang diberikan Mas Yok untukku.
Tapi..aku juga sangat malu, sebab, tujuhbelas tahun lamanya aku menikah dengan
Mas Yok, begitu banyak kebaikannya, tapi mengapa dalam diaryku yang tujuh
halaman ini hanya tertulis kejelekan nya saJa?
Ah…aku menjadi sangat malu, bukankah selama ini suamiku sangat baik, setia, bertanggung jawab, …Ah..mengapa hanya melihat setitik tinta itu, padahal kertas putih yang bersih itu seribu kali lebih luas…Aku menangis karena malu, betapa tidak bersyukurnya Aku……
Di dekat diaryku, ada setumpuk buku bacaan dan novel-novel favoritku.…..(Maaf, Dik..beberapa hari ini aku agak stress mengejar deadline untuk menyelesaikan membuat soal-soal midterm, soal bimbingan olympiade sains, soal-soal latihan Unas, memberi les, mengajar 24 jam untuk memenuhi syarat sertifikasi, …Alhamdulillah semua sudah kelar, Nih..honornnya buat mbeliin kamu buku….!) Ya Alloh, ternyata suamiku seorang pekerja keras, dan begitu baik, sementara aku yang hanya mengerjakan pekerjaan rumah yang bisa kukerjakan dengan santai       malah mengeluh. Aku semakin malu…Maafkan Aku, Mas…!Terima kasih semuanya…!




CARA SEDERHANA
MEMERANGI SERANGAN ILMU GAIB



Entah mengapa, hal-hal mistik dan berbau gaib akhir-akhir ini kembali mengemuka. Bahkan ada wacana pasal santet masuk dalam perundang-undangan. Hadew…….ada-ada saja. Tentunya harus didirikan dulu  Akademi  Ilmu Santet, dicari pakar-pakarnya, indikasi dan tanda-tanda bukti adanya praktek santet, dll….ribet beeng. Urusan gaib seperti itu kan sudah ada hakimnya yang maha adil. Siapa lagi kalau bukan Allah SWT.
Serangan ilmu gaib ini bisa hipnotis, santet, pengaruh jin dll. Saya memang bukan paranormal, tidak sakti, dan tidak mengerti tentang hal-hal gaib, tapi saya pernah mengalami hal-hal di luar akal sehat. Kira-kira sebulan lebih saya berada dalam kekuasaan ilusi. Bahkan kalau ada yang benar-benar paham dan mengetahui keadaan saya pada saat itu, pastilah sudah menganggap saya “gila”, meski bisa juga justru menganggap saya mempunyai kemampuan paranormal.Tapi yang patut saya syukuri, bagaimanapun ilusi-ilusi itu mencengkeram saya, saya selalu mengedepankan rasionalitas, dan lingkungan di sekitar saya juga adalah orang-orang rasional. Jadi Alhamdulillah saya tidak kebablasan. Berdasar pengalaman itu, selalulah menjadi orang yang rasional, agar anda tidak terpengaruh oleh hal-hal gaib di luar nalar yang mungkin ingin menguasai diri anda.
Selain factor rasionalitas, selalu berpeganglah di jalan Allah, sehingga anda tidak keluar dari jalur normal. Jangan sampai alpa mengerjakan shalat fardhlu, perbanyaklah salat sunnah, d zikrullah, membaca Al qur’an, dan puasa sunnah. Masukkan dalam hati anda, bahwa Allahlah sebaik-baik penolong, dan tidak ada kekuatan yang bisa melebihi kekuatan Allah. Kalaupun suatu saat anda sudah melakukan itu semua, dan anda masih jatuh sakit, jangan merasa anda kalah, tapi terimalah itu sebagai kehendak Allah, dan tetaplah yakin bahwa Allahlah yang bisa menolong anda, di samping hal-hal logis, dengan berobat ke dokter bila anda sakit. Insya Allah, jika anda tetap berpegang pada Allah, anda akan selamat, bahkan seandainya anda sampai meninggal, yang menurut orang-orang karena santet, jika anda tetap yakin itukehendak Allah, dan anda hanya meminta pertolongan pada Allah, Insya Allah….Khusnul Khotimah yang didapat. Da itu adalah sebaik-baik kembalinya hamba pada Rabbnya, tetap yakin akan Laaillaha Illallah…..!


MUNGKIN
KARTINI BISA TERSENYUM
KALAU GAJI PRT SAMA DENGAN STANDAR PEGAWAI KANTORAN.

Bulan april biasanya identik dengan hari Kartini dan emansipasi. Meski saya tak yakin, apakah emansipasi saat ini masih diperlukan, mengingat realitanya hampir tak ada lagi perbedaan laki-laki dan perempuan dalam segala kesempatan , kemampuan, bahkan kejahatan dan kekerasan hampir tak ada bedanya. Bahkan mungkin kebablasan, perempuan koruptor, banyaakk…., perempuan pelaku KDRT, banyaakk…, perempuan pelaku kejahatan, banyaaakk……! Tapi perempuan yang berprestasi melebihi laki-laki dan menduduki jabatan yang dahulu hanya dijabat oleh kaum laki-laki juga banyaakkk…….!
Tapi benarkah perempuan sudah dihargai sebagaimana penghargaan pada laki-laki? Sekarang coba kita renungkan, secara immaterial, memang banyak penghargaan, sanjungan, dan pujian pada seorang perempuan atau seorang ibu. Itu adalah hal yang patut disyukuri. Tapi tetap saja ketika membicarakan Kartini dan emansipasi, maka yang ditampilkan adalh perempuan-perempuan yang dianggap hebat dan Kartini-Kartini masa kini yaitu mereka yang menjabat atau melakukan pekerjaan laki-laki. Mereka dianggap sebagai “Kartini” masa kini, padahal, apakah seperti itu yang diinginkan Kartini? Kalau saya lebih suka menyebut perempuan-perempuan yang hebat dalam menguasai pekerjaan laki-laki sebagai Srikandi, tokoh perempuan dalam pewayangan Jawa yang merupakan seorang perempuan yang gagah perkasa (Meski kalau dlm versi hindu, Srikandi digambarkan sebagai wadam).
Sebenarnya ada yang membuat saya tersenyum, ketika di e-KTP saya, dalam item pekerjaan tertulis :” Mengurus rumah tangga”. Bagi saya itu adalah penghargaan bagi seorang ibu rumah tangga. Tidak dianggap lagi sebagai pengangguran seperti KTP saya yang dulu, yang tertulis : Belum/tidak bekerja. Lalu apa hubungannya dengan PRT? Ya k arena sama-sama mengurus dan membenahi rumah tangga.




Pekerjaan PRT biasanya identik dengan hal-hal yang dikerjakan oleh seorang ibu rumah tangga. Seorang wanita karir akan membutuhkan seorang PRT yang harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga karena ia sendiri harus bekerja di luar rumah. Secara ekonomi, seorang wanita pekerja di luar rumah lebih unggul dalam hal penghasilan, sehingga seringkali, masalah penghasilan ini menjadi alasan utama seorang perempuan untuk bekerja di luar rumah. Pekerjaan rumah tangga didelegasikan pada PRT, sebab standar gaji PRT sangat rendah, di bawah UMR, bahkan mungkin hanya seperempat dari penghasilan seorang PNS atau perempuan pekerja kantoran.  Ini yang menurut saya merupakan diskriminasi dalam penghargaan terhadap pekerjaan rumah tangga yang biasanya diidentikkan dengan pekerjaan perempuan. Masih dihargai sangat-sangat rendah, bahkan mungkin masih sedikit berbau perbudakan. Pekerjaan berat nonstop, dengan gaji yang sangat kecil. Biasanya seorang PRT memang berpendidikan rendah, sehingga seringkali juga dijadikan alasan gajinya juga rendah. Tapi perlu digarisbawahi, dari segi skill, tentunya mereka menguasai pekerjaannya secara professional. Ini yang terkadang dilupakan.  Jadi menurut saya, saat ini perempuan masih mengalami diskriminasi pekerjaan dan penghargaan secara ekonomi yang tak seimbang, sebab perempuan yang mengerjakan pekerjaan laki-laki, bekerja di luar rumah, lebih dihargai secara ekonomi, bahkan secara immateri dibandingkan pekerjaan perempuan dalam rumah tangga. Mungkin kalau gaji PRT sama dengan standart gaji pegawai kantoran, saat itulah perempuan terlepas dari diskriminasi pekerjaan. Tentunya bagi orang-orang yang masih dimabukkan dengan kebanggaan akan kehebatan pekerjaan laki-laki, perempuan yang mampu mengerjakan pekerjaan laki-laki adalah suatu kehebatan yang membanggakan, mereka tak sadar, bahwa ini berarti pekerjaan perempuan masih dianggap lebih rendah dan tidak dihargai secara ekonomi. Pro dan kontra pasti aja, tapi bagi saya itu sah-sah saja. Monggo………