Kamis, 17 Februari 2011

adilKAH AKU???

                                    HIDUP INI TAK ADIL
             Terkadang kita menuntut keadilan, sebab merasa dirugikan. Tapi pernahkah kita menuntut keadilan karena merasa diuntungkan? Keadilan memang relatif. Ada yang mengatakan, keadilan adalah win-win solution. Sehingga keadilan di sini diartikan kedua pihak yang berseberangan sama-sama puas.Kelihatannya ideal sekali, tapi pada kenyataannya, win-win solution sangat sulit dilaksanakan. Apalagi bila dua pihak yang berseberangan sama-sama mengedepankan ego. Semakin jauh rasanya kata-kata keadilan bisa diraih. Saya pernah menulis dalam status fesbuk saya, "Kehidupan dunia terasa adil hanya jika kita memasukkan kehidupan akherat di dalamnya". Mungkin ada yang menyangkal dengan mengatakan belum tentu.Tapi coba kita sama-sama merenung. Pernahkah kita merasa menjadi orang yang tak berguna? Atau sebaliknya, pernahkah kita merasa menjadi orang yang paling berjasa, paling banyak sedekahnya, paling besar pahalanya?
              Pernah mendengar "Tangan di atas lebih mulia"??? Kira-kira apa arti kalimat itu?Apa hubungannya dengan "adil" yang sedang kita bicarakan???
Apabila kita lebih suka memberi dan merasa lebih mulia dari yang kita beri, layakkah kita disebut adil?Atau kita merasa "sama" atau sederajad dengan yang kita beri, tapi kita mendapat pahala, sebab memberi itu lebih mulia dari menerima? Sebenarnya, kalau dalam pemikiran saya, ketika kita merasa menjadi orang yang berguna karena bisa memberi, maka kita sedang dihinggapi oleh perasaan sombong. Kalau kita mau berpikir secara adil, maka orang yang memberi dan menerima sama-sama berguna, dan sama-sama berpahala. Bayangkan, ketika kita mampu memberi, dan yang menerima puas, maka kitapun puas karena bisa memberi, sehingga yang memberi dan menerima sama-sama puas. Sama-sama berguna bagi manusia lain kan? Ketika kita memberi, dan yang menerima ikhlas, maka kita mendapat pahala kebaikan, sedang yang menerima pemberian kita, telah menyebabkan kita memperoleh pahala, maka tentulah yang menerima pemberian kita juga mendapat pahala. Sama-sama berpahala kan? Lalu, bagaimana memaknai tangan di atas lebih mulia? Kalau menurut saya, agar kita tidak merasa sombong dan merasa lebih baik, apalagi merasa lebih mulia dari orang yang kita sedekahi, maka kalimat itu kita tulis "Tangan Di Atas lebih mulia". Masih kurang jelas??? Kalau begitu ganti saja kata "Di Atas" dengan Allah, sehingga menjadi "Tangan Allah lebih mulia. Lebih nyaman kan kalau yang maha adil itu Allah??? Atau merasa lebih mulia dari orang lain  karena banyak bersedekah  dan banyak memberi? Waduww...jadi ujub dunkjadinya...terus riya', terus..hangus deh pahalanya...hehehe...mau bilang enggak adil karena merasa dirugikan??? Makanya..berfikirlah dengan adil, hhehehe...........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar